Jawa Bugis Batak Betawi Merupakan Keberagaman Yang Dilihat Dari – Kita tahu bahwa keragaman sosial budaya Indonesia sangat-sangat kaya, mulai dari keragaman suku, ras, agama, adat istiadat bahkan dari segi bahasa. Berkat lingkungan yang berbeda tersebut, setiap warga negara harus memiliki sikap toleransi agar tercipta kehidupan berbangsa dan bernegara yang damai dan harmonis dalam keberagaman.

Tahukah Anda mengapa negara kita Indonesia memiliki kekayaan sosial budaya yang begitu besar? Menurut Buku Siswa Sejarah Indonesia SMA/MA Kelas X, Windriati (2021:93), dikatakan bahwa keragaman sosial budaya Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti berikut ini:

Jawa Bugis Batak Betawi Merupakan Keberagaman Yang Dilihat Dari

Agar masyarakat Indonesia mengetahui jati diri atau identitas bangsanya sendiri, berikut beberapa contoh keragaman sosial budaya Indonesia yang perlu Anda ketahui:

Pdf) Dinamika Perkembangan Etnis Di Indonesia Dalam Konteks Persatuan Negara

Berdasarkan hasil survei BPS tahun 2010, setidaknya teridentifikasi 1.340 suku bangsa yang tergabung dalam suku Sabang Indonesia di Merauke. Misalnya Jawa, Betawi, Sunda, Madura, Dayak, Nias, Bugis, Batak, Asmat, Dani dan sebagainya.

Setiap daerah di Indonesia juga memiliki identitasnya masing-masing dalam hal bahasa tergantung daerah tempat tinggalnya. Misalnya di Jawa Barat banyak yang pakai bahasa Sunda, DKI Jakarta ada Betawi, Jawa Tengah ada Jawa, dll.

Rumah adat juga termasuk keragaman sosial budaya Indonesia yang memiliki ciri khas tersendiri dari berbagai daerah. Misalnya Rumah Gadang di Sumatera Barat, Rumah Joglo di Jawa, Rumah Honai di Papua, dll.

Setiap daerah di Indonesia juga memiliki ciri khas tersendiri yang bisa dilihat dari pakaian adatnya. Misalnya pakaian blankon dan beskap dari Jawa Tengah atau ulos dari Sumatera Utara.

Makalah Kelompok 2 Kebudayaan

Seperti yang kita ketahui, masyarakat Indonesia memiliki agama atau kepercayaan yang berbeda-beda mulai dari pemeluk Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Khonghucu, dll.

Selain aspek-aspek tersebut, keragaman sosial budaya Indonesia juga dapat dilihat dari unsur lain seperti senjata tradisional masing-masing daerah, makanan khas, dan alat musik atau kesenian tradisionalnya. (HAI) Suku Betawi (Jawi: وراڠ بيتاوي, Betawi: Orang Betawi kode: bew usang) adalah salah satu suku bangsa di Indonesia yang memiliki ikatan suku dengan suku Jawa, Melayu, dan Sunda. Pada umumnya masyarakat Betawi mendiami wilayah Jakarta dan sekitarnya.

Nama “Betawi” berasal dari kata “Batavia” yang lama kelamaan berubah menjadi “Batawi”, dari kata “Batawi” kemudian berubah menjadi “Betawi” (disesuaikan dengan masyarakat setempat). Secara historis, suku Betawi merupakan masyarakat multietnik yang melebur menjadi satu kesatuan baru. Suku Betawi lahir dari percampuran genetik atau akulturasi budaya antara penduduk Batavia. setelah percampuran budaya, adat, tradisi, bahasa dan lainnya, akhirnya terciptalah komunitas besar di Batavia. Komunitas ini lambat laun melebur menjadi suku dan kesatuan baru yang disebut Betawi.

Baca Juga  Salah Satu Ciri Gerak Pemanasan Adalah

Penggunaan kata Betawi sebagai suku bermula dari terbentuknya organisasi bernama Pemoeda Kaoem Betawi yang bermula pada tahun 1923.

Keberagaman Dalam Masyarakat

Ada kemungkinan nama Betawi berasal dari jenis pohon asli. Menurut artikel Rwan Sai, beberapa nama spesies tumbuhan telah digunakan dalam penamaan tempat atau daerah di Jakarta, seperti Gambir, Krukut, Bintaro, Grogol dan masih banyak lagi lainnya. Seperti halnya kabupaten Makassar, nama ini tidak ada kaitannya dengan masyarakat Makassar Sulawesi Selatan, melainkan berasal dari sejenis rumput.

Sejarah penduduk asli Jakarta (Sunda Kalapa) dimulai pada Zaman Batu, yang menurut sejarawan Sagiman MD sudah ada sejak zaman Neolitikum. Arkeolog Uka Tjandarasasmita dalam monografnya “Jabodetabek dan Sekitarnya Dari Zaman Prasejarah Hingga Kerajaan Pajajaran” (1977) memberikan bukti arkeologi yang kuat dan ilmiah tentang sejarah penduduk Jakarta dan sekitarnya sebelum Tarumanagara pada abad ke-5. Disebutkan bahwa setidaknya sejak Zaman Batu Neolitik atau lebih muda (3500-3000 tahun yang lalu), wilayah Jakarta dan sekitarnya terdapat sungai-sungai besar seperti Ciliwung, Cisadane, Kali Bekasi, Citarum di beberapa tempat. dihuni oleh masyarakat manusia yang telah menyebar ke hampir setiap lingkungan di Jakarta. Dari alat-alat yang ditemukan di situs-situs tersebut, seperti kapak, beliung, pahat, cangkul poles, dan gagang kayu, dapat disimpulkan bahwa masyarakat manusia mengenal pertanian (mungkin semacam budaya) dan beternak. Mungkin bahkan akrab dengan struktur organisasi sosial yang biasa.

Sementara itu, Yahya Andi Saputra (Alumni Fakultas Sejarah Universitas Indonesia) berpendapat bahwa penduduk asli Jakarta adalah orang Nusa Jawa. Menurutnya, sejak dulu masyarakat Nusa Jawa merupakan satu kesatuan budaya. Bahasa, seni, dan adat istiadat kepercayaan mereka sama. Ia mencontohkan berbagai alasan yang kemudian menjadikan mereka sebagai suku bangsa yang istimewa.

Penduduk asli Jakarta berbicara bahasa Sunda Kuno. Dengan demikian, penduduk asli Jakarta telah tinggal di dalam dan sekitar Jakarta sejak zaman dulu.

Nama Senjata Tradisional Asli Seluruh Provinsi Di Indonesia

Periode setelah AD[pengubah | ubah kode] Periode pertama [pengubah | sunting sumber] abad ke-2 [sunting | sunting sumber]

Pada abad ke-2, menurut Yahya Andi Saputra, Jakarta dan sekitarnya termasuk wilayah kerajaan Salakanagara atau Holoan yang terletak di kaki Gunung Salak, Bogor. Penduduk asli Betawi adalah masyarakat kerajaan Salakanagara. Saat itu, perdagangan dengan China sedang berkembang pesat. Bahkan, pada tahun 432 M, Salakanagara mengirimkan utusan dagang ke Tiongkok.

Baca Juga  Gambar Relief Umumnya Terdapat Pada Bangunan

Pada akhir abad ke-5, kerajaan Hindu Tarumanagara terletak di tepi Sungai Citarum. Menurut Yahya, ada yang menganggap Tarumanagara sebagai kelanjutan dari Kerajaan Salakanagara. Kecuali ibu kota kerajaan yang dipindahkan dari kaki Gunung Salak ke tepian Sungai Citarum. Penduduk asli Betawi menjadi penduduk kerajaan Tarumanagara. Letak ibu kota kerajaan itu sendiri berada di tepi Sungai Candrabhaga, yang diidentikkan Poerbatjaraka dengan Sungai Bekasi. Candra berarti bulan atau sasih, jadi pengucapan lengkapnya adalah Bhagasasi atau Bekasi yang terletak di pinggiran timur Jakarta. Menurut perkiraan Poerbatjaraka, istana kerajaan Tarumanengara yang terkenal terletak di sana. Raja Hindu ini ternyata ahli dalam bidang pengairan. Raja membangun bendungan di tepi sungai Bekasi dan Kalimati. Sejak saat itu, penduduk Tarumanagara mengenal persawahan yang berpenghuni. Pada zaman Tarumagara kesenian ini mulai berkembang. Petani Betawi membuat orang-orangan sawah untuk mengusir burung. Orang-orangan sawah ini mengenakan pakaian dan topi yang masih bisa dilihat di ladang sebelum panen. Petani Betawi menyanyikan lagu sambil menggerakkan lengan orang-orangan sawah. Saat panen tiba, para petani berbahagia. Sawahnya subur, karena diyakini Dewi Sri mencintainya. Dewi Sri, menurut mitologi Hindu, adalah dewi kemakmuran. Warga mengarak barongan yang disebut ondel-ondel untuk mengungkapkan kekagumannya. Ondel-ondel berbaris mengikuti suara gamelan. Memancing di laut juga disambut baik oleh para pemancing. Ikan segar merupakan makanan yang mereka dapatkan dari laut, sehingga mereka mengadakan upacara nyadran. Ratusan perahu nelayan melaut untuk mengarak kepala bison yang sudah hanyut ke laut.

Pada abad ke-7, kerajaan Tarumanagara menaklukkan kerajaan Budha Sriwijaya. Pada masa pemerintahan Sriwijaya, orang Melayu datang dari Sumatera. Mereka mendirikan koloni di pesisir Jakarta. Kemudian bahasa Melayu menggantikan bahasa Kawi sebagai bahasa pergaulan. Hal ini disebabkan seringnya terjadi perkawinan antara penduduk asli dengan pendatang melayu. Pada awalnya bahasa Melayu hanya digunakan di daerah pesisir, kemudian menyebar ke kaki Gunung Salak dan Gunung Gede. Bagi masyarakat Betawi, keluarga memiliki arti penting. Kehidupan keluarga dianggap sakral. Anggota keluarga harus menjaga martabat keluarga. Dalam keluarga Betawi, sang ayah disebut baba. Namun ada juga yang menyebutnya babe, mba, abi atau abah – pengaruh pendatang dari Yaman Hadhramaut. Nama ibunya adalah Poppy. Namun, sedikit orang yang memanggilnya umi atau enya’ dari kata nyonya. Anak pertama disebut anak bongsor dan anak bungsu disebut anak bontot.

Nama Tarian Daerah Dan Asalanya

Sekitar abad ke-10 Ketika terjadi persaingan antara orang Melayu, khususnya Kerajaan Sriwijaya, dengan orang Jawa yang tidak lain adalah Kerajaan Kediri. Persaingan ini kemudian berubah menjadi perang dan menyebabkan China turun tangan sebagai mediator karena perdagangan mereka terganggu. Kedamaian tercapai, penguasaan laut terbagi menjadi dua bagian, sebelah barat dari Cimanuk dikuasai Sriwijaya, sebelah timur dari Kediri dikuasai kerajaan Kediri. Artinya, pelabuhan Kalapa berada di bawah kekuasaan Sriwijaya.

Baca Juga  Tuliskan Tiga Permasalahan Sosial Yang Sering Tampak Di Lingkungan Masyarakat

Sriwijaya kemudian meminta rekannya Syailendra di Jawa Tengah untuk membantu mengawasi wilayah perairan Sriwijaya di Jawa Barat. Namun ternyata Syailendra cuek, sehingga Sriwijaya membawa pendatang dari Melayu bagian barat Kalimantan ke Kalapa. Pada masa ini, bahasa Melayu menyebar di kerajaan Kalapa, yang pada gilirannya – karena gelombang imigrasi lebih besar daripada pendatang pertama – bahasa Melayu yang mereka bawa menggantikan bahasa Sunda kuno sebagai lingua franca di kerajaan Kalapa. Sejarawan Rwan Sai memberi contoh bahwa masyarakat “pulo”, yaitu penduduk Kepulauan Seribu, menyebut musim ketika angin bertiup kencang dan membahayakan para nelayan “musim barat” (Melayu) dan bukan “musim kulon” (Sunda). ), orang – orang di desa-desa di pinggiran Jakarta mereka mengatakan “milir”, “hilir” dan “orang hilir” (Melayu Kalimantan Barat) untuk mengatakan “ke kota” dan “orang kota”.

Sebuah perjanjian tahun 1512 antara Surawisesa (Raja Kerajaan Pajajaran) dan Portugis yang mengizinkan Portugis membangun komunitas di Sunda Kalapa menghasilkan perkawinan campuran antara penduduk setempat dan Portugis yang mewarisi darah campuran Portugis. Dari komunitas inilah lahir musik keroncong atau dikenal dengan Keroncong Tugu.

Kesultanan Demak berhasil merebut Sunda Kalapa dari koalisi Pajarjar dan Portugis. Daerah itu berganti nama menjadi Jayakarta (Jakarta). Kemudian dimulailah Islamisasi masyarakat, sehingga pada saat itu masyarakat Jakarta memiliki budaya dan bahasa Jawa yang sama dengan daerah pesisir lainnya, yaitu Serang, Indramayu, dan Cirebon. Itulah sebabnya masih ada kosa kata dan budaya Jawa di suku Betawi sampai sekarang.

Mengenal 21 Suku Di Indonesia Dan Asal Daerahnnya

Setelah VOC menjadikan Batavia sebagai pusat kegiatan perdagangannya, Belanda membutuhkan banyak tenaga kerja untuk membuka lahan pertanian dan mengembangkan ekonomi kota. Saat itu VOC mewajibkan masyarakat menggunakan bahasa pasar Melayu. Selain itu, VOC juga mendatangkan banyak bawahan dari luar pulau. Sejak saat itu, bahasa Betawi menjadi Bahasa Kreol Melayu.

Hal inilah yang menyebabkan masih tersisanya kosa kata dan tata bahasa Bali dalam bahasa Betawi saat ini. Kemajuan perdagangan Batavia menarik berbagai suku bangsa dari seluruh nusantara ke Cina,

Iklan merupakan media komunikasi yang biasanya dapat dilihat di, tempered glass yang tidak bisa dilihat dari samping, harga cctv yang bisa dilihat dari hp, teks iklan merupakan media komunikasi yang biasanya dapat dilihat pada, cctv yang bisa dilihat dari hp, angklung merupakan alat musik tradisional yang berasal dari, berikut yang bukan merupakan penyebab keberagaman masyarakat indonesia adalah, asinan betawi merupakan perpaduan kuliner betawi dengan, kue bugis betawi, cara bikin kue bugis betawi, keberagaman sosial masyarakat indonesia dapat dilihat dari kegiatan, keberagaman budaya yang dimiliki oleh bangsa indonesia merupakan