Mengapa Suku Terbesar Di Filipina Tidak Sama Dengan Penduduk Aslinya – Sebanyak 6,6 juta turis asing berkunjung ke Filipina pada tahun 2017. Selain pantainya yang indah, ada atraksi lain yang menjadi daya tarik turis ke Filipina, yaitu festival.

Festival (atau ‘Fiestas’ sebagaimana penduduk setempat menyebutnya) berakar pada orang-orang dari desa kecil hingga perkotaan. Ada sekitar 42.000 festival (baik besar maupun kecil) yang tersebar di seluruh Filipina. Oleh karena itu, masyarakat dunia kerap menyebut Filipina sebagai ‘ibu kota festival dunia’.

Mengapa Suku Terbesar Di Filipina Tidak Sama Dengan Penduduk Aslinya

Festival di Filipina sangat dipengaruhi dan dikaitkan dengan agama Katolik. Ini karena 80% penduduk Filipina menerima agama Katolik yang dibawa oleh penjelajah Spanyol. Selain religi, festival diadakan untuk memperingati sejarah dan budaya lokal, mempromosikan produk masyarakat, atau merayakan panen yang melimpah.

Ragam Suku Di Pulau Sulawesi, Ada Kaili Di Tengah Hingga Sangir Di Utara

Setelah membahas tentang persamaan Filipina dan Indonesia yang seperti saudara kembar, kali ini di #SEAPedia saya akan membahas tentang festival unik dan terbesar di Filipina yang wajib kamu datangi. Berikut daftarnya: Baca juga: Indonesia dan Filipina Bak Saudara Kembar

Pesta Santo Nino de Cebu adalah salah satu perayaan renungan terbesar di Filipina, dirayakan pada hari Minggu ketiga bulan Januari setiap tahun. Festival ini diadakan di kota Cebu, Filipina tengah, yang merupakan kota terbesar kedua setelah Metro Manila. Selama festival berlangsung, patung dan lukisan Santo Nino akan dipajang di seluruh penjuru kota, mulai dari rumah penduduk, restoran, sekolah, kalender dan papan reklame, serta toko-toko.

Festival yang disebut ‘Fiesta Senior’ dalam bahasa lokal ini diadakan untuk menghormati Santo Nino. Santo Nino adalah patung Yesus berbentuk seorang anak kecil berukuran sekitar dua belas inci, terbuat dari kayu berwarna gelap dan menggambarkan Yesus kecil sebagai seorang raja berpakaian bangsawan Spanyol. Konon patung ini merupakan hadiah pembaptisan dari Ferdinand Magellan (seorang penjelajah Spanyol) kepada Har Amihan (Kepala Cebu saat itu) pada tahun 1521. Patung ini dianggap sebagai ‘keajaiban’ setelah ditemukan aman di dalam kotak pinus. . pasukan Spanyol setelah perang melawan penduduk lokal di Cebu. Kemudian patung ini disimpan di Basilica Minore del Santo Niño yang menjadi pusat perayaan festival ini. Baca juga: Virtual Walk, Kunjungi Patung Tertinggi di Asia Tenggara

Baca Juga  Uraikan Fungsi Pers Sebagai Lembaga Ekonomi

Untuk menghormati Santo Nino, sebuah festival yang sekarang dikenal sebagai ‘Sinulog’ diadakan. Synulog berlangsung lebih dari dua minggu, berpuncak pada hari Minggu ketiga akhir pekan di bulan Januari, dan merupakan salah satu acara Katolik yang paling banyak dikunjungi di dunia. Diperkirakan festival ini menarik 1 hingga 2 juta orang dari seluruh Filipina. Sepanjang perayaan, warga Filipina akan meneriakkan “Viva pit senyor!” artinya “Kemuliaan bagi Anak Yesus”

Mengunjungi Perkampungan Muslim & Masjid Terbesar Di Manila

Festival global ini digelar sebagai bentuk syukur dan terima kasih atas hasil panen alam yang melimpah. Festival ini dimulai sebagai program yang diprakarsai oleh pemerintah setempat yang disebut “Proyek Unlad Davao” pada tahun 1986, yang berfungsi untuk mempersatukan masyarakat Davao. Pada tahun 1988, Walikota Rodrigo Duterte (saat ini Presiden Filipina) mengganti nama festival menjadi “Kadayawan sa Dabaw” untuk merayakan keunikan kota yang meliputi festival bunga, buah-buahan dan budaya.

Kadayawan sa Dabaw terdiri dari beberapa acara seperti Hiyas sa Kadayawan (kontes kecantikan yang melibatkan sepuluh suku asli Davao). Ada juga acara Lumadnong Gama dan Lumadnong Bantawan (artefak, barang dan pertunjukan orang Davao). Acara lainnya termasuk Indak-Indak sa Kadalan (tarian jalanan), Pamulak sa Kadayawan dan Hudyakaan sa Kadayawan (pasar tiga minggu yang menampilkan beberapa masakan lokal terbaik di Kota Davao).

Black Nazarene adalah nama patung hitam Yesus yang membawa salib. Patung seukuran manusia ini dibuat di Meksiko lebih dari 400 tahun yang lalu. Pada Mei 1606, patung ini dibawa ke Manila oleh sekelompok misionaris Augustinian. Namun, di tengah perjalanan, kapal yang membawa patung kayu tersebut terbakar. Ajaibnya, patung kayu ini tidak terbakar sedikitpun. Hanya seluruh tubuhnya menjadi hitam. Sejak itu, patung ini dijuluki Black Nazareno atau ‘Black Nazareno’ (dalam bahasa Tagalog disebut ‘Itim na Nazareno’).

Inilah yang membuat orang Filipina percaya bahwa patung Black Nazarene memiliki kekuatan ajaib dan penyembuhan. Dipercaya bahwa mereka akan diberkati dan mengalami kesembuhan hanya dengan menyentuh patung tersebut. Keyakinan turun-temurun inilah yang menarik jutaan umat Katolik Filipina ke festival ini. Setiap tahun pada tanggal 9 Januari, jutaan umat Katolik Filipina turun ke jalan-jalan di Manila tanpa alas kaki, berpartisipasi dalam Festival Black Nazarene dan saling mendorong untuk menyentuh patung ‘Black Nazarene’.

Amankan Perbatasan Perairan Filipina, Bakamla Ri Jalin Kerja Sama Dengan Pemkab Pulau Morotai

Patung itu akan dipajang dari penyimpanannya di Basilica Minor ng Nazareno di Quiapo di pusat kota Manila di kawasan Luneta. Dengan banyaknya pengunjung, prosesi ini biasanya berlangsung selama 18 hingga 22 jam bahkan hingga 24 jam. Peserta yang tidak dapat menyentuh patung secara langsung dapat melempar handuk ke arah patung, kemudian mengelapnya dengan tandu dan kemudian mengirimkannya kepada pemilik. Selama prosesi, peserta akan melambaikan handuk dan meneriakkan “Viva Senyor!” Bersama dengan Santo Nino, Black Nazareno adalah objek pengabdian terbesar di Filipina.

Baca Juga  Negara Apa Yang Terletak Paling Barat Di Asean

Festival Atih-Atihan diyakini sebagai festival tertua di Filipina. Festival ini dipercaya telah diadakan sejak abad ke-13 dan dianggap sebagai puncak dari semua festival di Filipina. Festival besar Ati-Atihan yang diadakan setiap bulan Januari ini sangat terkenal di kalangan wisatawan domestik dan mancanegara. Selama festival berlangsung, seluruh elemen masyarakat akan turun ke jalan – baik muda maupun tua dari semua suku bangsa. Kota Kalibo. Wajah mereka dicat dengan tinta hitam sambil mengenakan kostum warna-warni.

Festival ini diselenggarakan untuk memperingati perjanjian antara suku Melayu Kalimantan dengan suku asli berkulit hitam Filipina (suku Ati). Suku Ati menyambut kedatangan suku Melayu di pulau tersebut dengan tangan terbuka. Sebagai rasa syukur dan terima kasih, para pendatang melayu mengecat tubuh mereka dengan tinta hitam menyerupai warna kulit suku Ati dan menggelar pesta sebagai bentuk penghormatan. Perayaan tersebut akhirnya mendapat nama Atih-Atihan yang artinya “buatlah dirimu seperti suku Ati”.

Di Angon, provinsi Rizal, ada Festival Higantes yang digelar sebagai tanda terima kasih dan penghargaan kepada santo pelindung nelayan, San Clemente. Festival ini menampilkan ratusan Higante dalam berbagai ukuran dan bentuk. Higantes adalah boneka kertas berbentuk pria dan wanita dengan pakaian yang berbeda. Tinggi Higantes bisa mencapai 3 meter.

Kementerian Komunikasi Dan Informatika

Festival ini berawal dari protes masyarakat Angona terhadap pemerintah kolonial Spanyol. Saat itu, pemerintah kolonial Spanyol hanya mengizinkan satu festival dalam setahun. Orang-orang Angono kemudian memanfaatkan pelarangan ini dengan membuat boneka mache kertas untuk ‘mengejek’ pemerintah saat itu. Mereka mempelajari seni membuat boneka papier-mâché dari para biarawan dan misionaris Spanyol.

Pada kali ini masyarakat Angono menjadikan Higantes untuk mewakili setiap Barangay (pembagian administratif terkecil di Filipina atau seperti desa/Kelurahan di Indonesia) yang akan diikutsertakan dalam festival tersebut. Higantas yang dibuat juga mewakili keunikan/karakteristik masing-masing Barangay. Misalnya, bebek berbentuk higantes berarti barangay terkenal dengan hidangan bebek goreng dan baloot (makanan yang terbuat dari embrio bebek rebus). Selama festival, orang memercikkannya dengan air, melambangkan berkah dari santo pelindung San Clemente. Pastikan datang 22-23 November untuk melihat festival ini.

Baca Juga  Berikut Yang Tidak Termasuk Persiapan Pameran Patung Adalah

Kota Baguio di provinsi Banguet dikenal sebagai penghasil utama bunga di Filipina. Potensi ini dimanfaatkan untuk menarik wisatawan berkunjung ke kota ini. Setiap Minggu terakhir di bulan Februari, warga Baguio mengadakan Festival Panagbenga (Festival Musim Semi). Festival ini menjadi daya tarik bagi wisatawan dan penduduk lokal. Warga Baguio sibuk membuat kostum bunga dan merangkai berbagai bunga. Selain menyuguhkan bunga khas Kota Baguio, festival ini juga diadakan sebagai salah satu cara untuk bangkit dari kehancuran akibat gempa yang melanda pulau Luzon pada tahun 1990 silam.

Festival Panagbenga dianggap sebagai salah satu festival yang paling banyak dikunjungi di Filipina. Yang menarik dari festival bunga tahunan ini adalah adanya parade street dance, bazaar, pasar malam, marching band dan parade Grand Float dengan mobil warna-warni yang diselimuti bunga. Festival Panagbenga ditutup dengan sangat baik dengan kembang api di malam hari.

Mengenal Macam Macam Suku Bangsa Di Dunia

Sebagai salah satu festival keagamaan tertua di Filipina, Festival Moriones adalah festival yang didedikasikan untuk prajurit Romawi yang setengah buta, Longinus, yang menikam perut Yesus dengan tombak saat dia berada di kayu salib. Legenda mengatakan bahwa ketika setetes darah Yesus jatuh ke mata Longinus, itu segera memulihkan penglihatannya. Setelah mengalami keajaiban ini, Longinus memutuskan untuk masuk Kristen.

Selama festival berlangsung, masyarakat Marinduque akan berpakaian seperti tentara Romawi dan memakai topeng kertas hitam. Beberapa juga berpakaian seperti karakter dari Alkitab. Pesta diadakan di jalanan Marinduque selama Pekan Suci. Uniknya, membuat topeng ini Mariones akan bersembunyi dari orang lain bahkan dari keluarganya. Jadi, saat festival digelar, tidak ada yang tahu siapa di balik topeng marion. Orang yang memakai topeng boneka juga menggunakan topeng ini untuk menakut-nakuti anak kecil.

Sebagai rumah kekristenan di Asia Tenggara, Natal adalah waktu yang paling dinantikan di Filipina. Ada beberapa festival yang diadakan di seluruh negeri untuk memperingati kelahiran Kristus, salah satunya adalah Festival Lentera Raksasa di kota San Fernando, provinsi Pampanga, sekitar 75 km dari Manila.

San Fernando adalah kota tempat berlangsungnya festival lentera Natal besar di Filipina. Setiap tahun, lentera raksasa menerangi kota dengan ribuan lampu warna-warni. Festival lampion raksasa (warga lokal menyebutnya Ligligan Parul) sudah rutin diadakan sejak tahun 1928 sebagai tanda hari raya Natal. Lentera ini memiliki bentuk yang sama, bulat dan mengingatkan pada madu. Setiap antena adalah ketinggian 3-6 meter,

Konjen Dicky Fabrian Mengunjungi Masjid Terbesar Di Tawi Tawi

Mengapa persebaran penduduk indonesia tidak merata, pulau terbesar di filipina, sungai terbesar di filipina, buaya terbesar di filipina, penduduk terbesar di dunia, mengapa persebaran penduduk di indonesia tidak merata, negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia, 2 pulau terbesar di filipina, suku terbesar di indonesia, penduduk asli filipina adalah suku, jumlah penduduk terbesar di dunia, suku bangsa di filipina