Cerita Suasana Tahun Baru 2021 Dimasa Pandemi Covid 19 – Jakarta (22 September) – Di balik bencana selalu ada berkah. Sesulit apapun pandemi Covid-19 yang dihadapi guru di sekolah, ada baiknya. Salah satu berkah yang dirasakan di sekolah adalah pertumbuhan inovatif dalam pembelajaran guru. Artikel ini hanya akan mengungkap beberapa inovasi yang dilakukan oleh para guru dari banyak pendidik hebat di negeri ini.

Di antara inovasi tersebut adalah pembelajaran melalui penggunaan beberapa aplikasi berbasis LMS (Learning Management System), penggunaan jaringan sosial secara asinkron, blended learning, partisipatif orang tua siswa, penerapan model pembelajaran inovatif dan pembelajaran yang berorientasi pada kebutuhan. Tujuan menulis adalah untuk mengumpulkan informasi asli untuk mendorong pengembangan penemuan baru dalam pembelajaran.

Cerita Suasana Tahun Baru 2021 Dimasa Pandemi Covid 19

Artikel ini saya rekomendasikan kepada Anda, dengan harapan dapat menjadi inspirasi bagi para guru, pengembang teknologi pembelajaran, dan pelaku pendidikan lainnya.

Flipped Classroom Sebagai Solusi Pembelajaran Tatap Muka Bergilir Pasca Pandemi

Tantangan pembelajaran di masa pandemi menjadi peluang bagi guru di sekolah untuk mengembangkan inovasi pembelajaran. Inovasi dapat dipahami sebagai pembaharuan atau sesuatu yang baru atau dianggap baru oleh seseorang atau sekelompok orang. Suatu hal baru dapat berupa ide, gagasan, cara, metode, barang, alat, teknologi, atau sesuatu yang baru yang membawa nilai tambah atau manfaat bagi pengguna atau adopter.

Inovasi diterapkan oleh seseorang untuk memecahkan masalah secara efektif dan efisien. Di masa pandemi, sekolah dihadapkan pada masalah tidak bisa menerapkan pembelajaran tatap muka seperti biasa dalam bentuk Student at Home (BDR). Agar operasional BDR dapat berjalan efektif diperlukan inovasi. Guru harus mengedepankan kreativitas untuk menciptakan suasana proses belajar mengajar, sehingga BDR menjadi efektif dan menyenangkan untuk dipelajari.

Tidak mudah mengelola kelas ketika guru dan siswa berada di tempat yang terpisah. Meskipun teori pembelajaran berbeda, dan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) memungkinkan pembelajaran dilakukan secara online. Namun, kenyataannya masih banyak yang harus disesuaikan. Keberhasilan pembelajaran BDR setidaknya bergantung pada beberapa faktor, antara lain guru itu sendiri, siswa, orang tua, perangkat IT, jaringan, dan lainnya.

Baca Juga  Formasi Rakit Tiga-tiga Dalam Tari Bedhaya Luluh Memiliki Makna Lambang

Guru memegang peranan yang sangat penting dalam menciptakan pembelajaran. Meskipun semua perangkat teknologi dan jaringan tersedia, jika guru tidak menciptakan lingkungan belajar yang baik, BDR akan gagal. Demikian juga dukungan orang tua siswa sangat penting. Kerja sama antara guru dan orang tua sangat penting, terutama bagi siswa SD, TK, dan prasekolah.

Pengamanan Malam Pergantian Tahun 2021/202 Di Kecamatan Tajinan

Inovasi lahir dari kreativitas. Kreativitas adalah kemampuan untuk memikirkan ide-ide baru yang berguna dengan cara lain. Kreativitas adalah sifat selalu mencari yang baru, sedangkan inovasi adalah sifat mengimplementasikan solusi kreatif. Kreativitas tetapi bukan inovasi itu berlebihan (Rusli, 2017).

Beaty (2018), seorang ahli saraf, mengungkapkan bahwa bukti terbaru menunjukkan bahwa kreativitas melibatkan interaksi yang kompleks antara pemikiran spontan dan terkontrol. Di dalam otak terdapat jaringan yang disebut jaringan sangat kreatif yang terdiri dari tiga jaringan, yaitu jaringan default, jaringan eksekutif, dan jaringan diam.

Kreativitas adalah hasil kerja otak, sedangkan inovasi adalah ekspresi atau eksekusi dari hasil kerja otak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa guru yang inovatif adalah guru yang selalu berpikir untuk mencari solusi dari permasalahan pembelajaran yang dihadapinya, sehingga menerapkan solusi tersebut pada kegiatan praktik. Inovasi lahir dari kecemasan.

Julaeha (2020) mengemukakan bahwa sebagai seorang guru yang sehari-hari berinteraksi dengan anak, tidak ada salahnya untuk terus berinovasi dalam pembelajaran. Kesediaan guru untuk berusaha mencari, menemukan dan mencari berbagai kemajuan, pendekatan, metode dan sistem pembelajaran merupakan salah satu penunjang munculnya inovasi-inovasi baru yang mencerahkan.

Berbaur Dengan Warga, Ganjar Ikut Meriahkan Festival Cheng Ho 2022

Umumnya inovasi lahir dari adanya suatu kebutuhan. Kebutuhan ini mungkin timbul dari masalah yang dihadapi, teknologi baru, kebijakan baru atau rencana pembangunan, dll. Kesadaran akan adanya suatu masalah merupakan mesin pengembangan inovasi dari diri sendiri. Misalnya, jika seorang guru menemukan bahwa siswa tidak termotivasi untuk belajar, dia akan mencari cara atau metode yang efektif untuk mendorong motivasi siswa.

Kepekaan terhadap isu merupakan modal utama lahirnya inovasi. Adanya teknologi baru seperti hadirnya perangkat IT di sekolah juga merupakan suatu inovasi dimana guru harus dapat menggunakan perangkat teknologi tersebut secara efektif. Begitu pula dengan adanya kebijakan baru seperti internet di sekolah misalnya, telah melahirkan sejumlah inovasi dalam pembelajaran di sekolah.

Inovasi juga bisa lahir dengan perencanaan. Misalnya, sebuah sekolah yang memiliki program atau rencana 5 tahun ke depan untuk menjadi sekolah unggulan, harus merancang dan merencanakan banyak inovasi yang diperlukan untuk mendukung program tersebut.

Baca Juga  Saat Hijrah Ke Madinah Abu Bakar As Siddiq Dipersaudarakan Dengan

Secara khusus, inovasi juga bisa lahir dari keterpaksaan. Pandemi COVID-19 adalah contoh utama. Dalam masyarakat kita, ungkapan “kekuatan keputusasaan” dikenal. Jadi saat keadaan darurat, kreativitas muncul. Menjelaskan hasil analisis penelitian pembelajaran digital di Indonesia yang dilakukan oleh Unicef, Bennett (2021) mengungkapkan bahwa 67% guru mengalami kesulitan dalam menggunakan perangkat dan platform online.

Cerpen (cerita Protokol Chse Event) Yogyakarta 2021

Namun sayangnya, Unicef ​​tidak mengungkapkan berapa banyak guru yang menjadi inovator berkat kesulitan tersebut. Salah satu rekomendasi dalam analisis studi tersebut adalah: Sesuaikan metode pengajaran berdasarkan kebutuhan siswa dan hindari pendekatan satu ukuran untuk semua. Tidak ada solusi tunggal untuk semua masalah. Dalam hal ini yang mengetahui permasalahan pembelajaran di tempatnya masing-masing adalah guru yang bertanggung jawab terhadap sekolah.

Oleh karena itu, guru harus dibekali dengan kemampuan dan rasa percaya diri untuk mencari solusi dari permasalahan belajar siswa. Dalam pengantar Simposium Pembelajaran Digital Berkualitas, CEO GTK Iwan Syahrir (2021) menyampaikan bahwa guru harus siap bertransformasi diri agar merasa nyaman di tengah ketidaknyamanan. . Staf pengajar harus bersedia berubah seiring dengan berkembangnya situasi dan kondisi. Setiap perubahan akan menimbulkan ketidaknyamanan sementara, dan pada akhirnya Anda akan menemukan kenyamanan baru (the new normal).

Kebijakan otonomi pembelajaran dalam hal ini juga harus menjangkau para guru, membiarkan mereka bebas mengembangkan strategi dan berinovasi pembelajaran tanpa khawatir ditegur atau dihakimi oleh kepala sekolah. Pengalaman guru yang “berjuang” mencari solusi di masa pandemi seharusnya menjadi modal untuk mendukung arah kebijakan belajar mandiri.

Hal ini diperkuat oleh Nunuk (2021) yang mengatakan bahwa salah satu faktor kunci dalam kebijakan pembelajaran mandiri di masa mendatang adalah guru sebagai fasilitator pembelajaran dan pelatihan berbasis praktik. Bagi guru, situasi pandemi menghadirkan tantangan yang dapat menjadi peluang untuk secara mandiri mengembangkan berbagai inovasi pembelajaran.

Jangan Lupa Mencintai Diri Sendiri Demi Kesehatan Mental Dan Fisik Di Masa Pandemi

Pada artikel selanjutnya, penulis akan berbagi tentang kreativitas yang berkembang di masa pandemi. Mereka adalah guru-guru kreatif 2020 yang mengikuti orientasi teknis (bimtek) dengan pelapisan materi; Dasar-dasar pengembangan pusat sumber belajar, pengembangan model pembelajaran inovatif, dan pembuatan media pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Untuk membacanya bisa klik link berikut, http:///pengembangan kreativitas-dan-inovasi-belajar-di-era-pandemi-2/

Jakarta (5/9) – Setelah sukses dengan gelaran Bug Bounty 2022 oleh Kemendikbud, Kemendikbud kembali mengajak bug hunter untuk kembali mencari bug (celah keamanan) pada aplikasi/sistemnya.. – Dengan menutup sekolah dan membatalkan beberapa kegiatan penting, banyak remaja kehilangan momen penting dalam hidup, serta momen sehari-hari seperti permainan, mengobrol dengan teman, dan terlibat di sekolah mereka.

Baca Juga  Fakta-fakta Yang Diungkapkan Dalam Paragraf Tersebut Diperoleh Melalui

Remaja menghadapi situasi baru ini tidak hanya dengan frustrasi tetapi juga dengan kecemasan yang ekstrim dan perasaan terasing, mengingat perubahan dalam hidup mereka akibat wabah penyakit yang cepat.

Menurut analisis data yang disajikan oleh Unicef, hingga 99% anak-anak dan remaja di bawah usia 18 tahun di seluruh dunia (2,34 miliar) tinggal di salah satu dari 186 negara dengan beberapa bentuk pembatasan mobilitas yang ditransfer akibat COVID-19. 60% anak yang tinggal di salah satu dari 82 negara dikurung seluruhnya atau sebagian (7%) atau sebagian (53%), mewakili 1,4 miliar anak muda.

Cara Meningkatkan Imunitas Di Masa Pandemi

Menurut data survei Global Health Data Exchange 2017, terdapat 27,3 juta orang di Indonesia yang mengalami masalah kesehatan mental. Artinya, satu dari sepuluh orang di negara ini mengalami gangguan kesehatan jiwa.

Untuk data kesehatan jiwa remaja di Indonesia sendiri pada tahun 2018, prevalensi gangguan psiko-emosional dengan gejala depresi dan kecemasan di kalangan remaja di atas 15 tahun adalah 9,8%, naik dari tahun 2013 angka gangguan jiwa hanya 6%. – gangguan emosi. Gangguan dengan gejala depresi dan kecemasan untuk remaja > 15 tahun. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat seperti skizofrenia pada tahun 2013 mencapai 1,2 per seribu penduduk.

Ketika kesehatan mental seorang remaja terganggu, Anda mungkin melihat tanda-tanda seperti terlihat tidak bersemangat, kehilangan nafsu makan, gangguan tidur/sulit tidur, dan kecemasan yang berlebihan.

Hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan mental remaja adalah dengan memberikan pemahaman kepada remaja agar mereka dapat mengenali bahwa kecemasannya adalah hal yang wajar. Kecemasan remaja adalah fungsi normal dan sehat yang dapat mengingatkan kita akan ancaman dan membantu kita mengambil langkah untuk melindungi diri kita sendiri.

Galeri Foto 50 Besar Hasil Karya Gambar Bercerita Bakti Pancasila

Mencari informasi akurat dari sumber terpercaya, mengurangi bermain media sosial, dan membatasi melihat atau melihat berita virus corona juga dapat mengurangi perasaan cemas pada remaja. Orang tua dapat menjadi teman untuk berbagi dengan remaja sebanyak mungkin. Beri remaja ruang untuk terbuka dengan orang tua tentang perasaan cemas mereka.

Jangan terlalu sering membicarakan virus corona atau mencari hiburan dengan kegiatan yang menyenangkan dan produktif yang dianggap dapat mengurangi kecemasan dan membuat remaja merasa tidak terlalu terbebani.

Biarkan remaja menjangkau teman untuk bersosialisasi, berbagi cerita, dan berbagi apa yang mereka rasakan. Dengan cara ini, Anda bisa menghilangkan kebosanan remaja selama pandemi.

Pukul 7 pagi, Moreyna bangun dengan semangat. Seperti hari-hari sekolahnya sebelum pandemi COVID-19, ia langsung mandi, sarapan, dan mengenakan seragam. Dia kemudian meminta ibunya untuk mengantarnya ke sekolah, berharap “semuanya akan kembali normal”.

Kembali Ke Sekolah Di Tengah Pandemi

Saat itu, sang ibu, Maria Morin, menyadari bahwa putrinya harus mendukungnya semaksimal mungkin. “Saya memutuskan, saya

Peluang usaha dimasa pandemi, pola hidup sehat dimasa pandemi, cara menjaga kesehatan dimasa pandemi, usaha yang cocok dimasa pandemi, hidup sehat dimasa pandemi, bisnis dimasa pandemi, tips hidup sehat dimasa pandemi, bisnis online dimasa pandemi, tips menjaga kesehatan dimasa pandemi, peluang bisnis dimasa pandemi, usaha dimasa pandemi, usaha baru dimasa pandemi