Bahasa Kutai Digunakan Oleh Masyarakat Di Provinsi – SAMARINDA – Kalimantan Timur memiliki 16 bahasa daerah dan beberapa di antaranya mulai punah. Atas keprihatinan tersebut, Kantor Bahasa Daerah Provinsi (KBPKT) Kaltim menggalang kegiatan revitalisasi bahasa daerah (RBD) dalam bentuk Festival Menembak Bahasa Ibu (FTBI) tingkat provinsi di Kaltim Tahun 2022. Tujuannya untuk memberikan semangat kepada generasi muda yang. generasi, anak-anak usia sekolah dasar dan menengah pada khususnya senang belajar, melindungi, mengembangkan dan melestarikan bahasa daerahnya dengan kreativitas dan kegembiraan.

Kepala Kantor Bahasa Provinsi Kaltim Halimi Hadibrata mengatakan, FTBI tingkat Provinsi Kaltim 2022 merupakan ajang kreativitas dan apresiasi siswa dan guru terpilih dalam upaya melestarikan bahasa daerah.

Bahasa Kutai Digunakan Oleh Masyarakat Di Provinsi

“Anak-anak yang terpilih sebagai pemenang harus terus semangat mendukung pelestarian bahasa daerah.” Generasi muda harus bangga berbicara bahasa daerahnya karena itu adalah jati diri dan jati dirinya, sehingga merupakan warisan budaya yang dapat mengadopsi nilai-nilai lokal, adat istiadat dan kearifan nenek moyang. Kalau disebut orang kutai, buktinya mereka bisa berbahasa kutai. Begitu pula masyarakat Paser dan Kenyah, tegas Halimi.

Latihan Soal Tema 1 Kelas 4a Worksheet

Peserta yang berhasil menjadi juara mendapatkan hadiah berupa piala, uang pelatihan dan sertifikat. Pemenang utama tiap kategori di tingkat provinsi juga akan melaju ke tingkat nasional dan berkesempatan mengikuti acara peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional pada 21 Februari 2023 di Jakarta. FTBI Tingkat Provinsi Kalimantan Timur 2023 akan menyoroti kebangkitan bahasa Benuaq dan Tunjung serta bahasa Bulungan di Kalimantan Timur.

Dalam kesempatan tersebut, dua orang pemenang FTBI Tingkat Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2022 berbagi kesannya terhadap kegiatan tersebut. Cintia, pemenang Konferensi Bahasa SMP Kutai ke 7 mengungkapkan rasa terima kasihnya atas dukungan guru dan teman-temannya. Cintia juga mendorong generasi muda untuk mengikuti FTBI pada tahun berikutnya.

Lalu ada Nazzua Nur Diva Zifara, juara empat pidato tingkat menengah bahasa Paser. Ia mengungkapkan kebahagiaannya bisa berhasil meraih juara di tingkat provinsi. Meski tak mampu melaju ke tingkat nasional, ia tetap berharap bisa kembali mengikuti FTBI di tahun berikutnya dan naik ke tingkat nasional.

Baca Juga  Daerah Manakah Yang Tidak Dialiri Sungai Siak

Pemerintah daerah sangat mendukung penerapan FTBI tingkat provinsi di Kaltim pada tahun 2022. Saat ini Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kaltim juga telah memilih bahasa Kutai sebagai muatan lokal untuk penerapan RBD di sekolah. Peraturan daerah juga sedang dikembangkan di Kota Samarinda dan diharapkan dapat diterapkan pada tahun 2023.

Menata Kembali Kerajaan Kutai Mulawarman Didalam Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia Sebagai Upaya Memelihara Sejarah Dan Adat Kebudayaan Warisan Sang Maharaja Sri Mulawarman

Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur yang diwakili oleh Direktur Taman Budaya Provinsi Kalimantan Timur Ismid Rizal mengatakan, generasi muda di Provinsi Kalimantan Timur saat ini cenderung meninggalkan bahasa daerah karena berbagai alasan. Menurutnya, mereka cenderung merasa malu dan minder jika berbicara bahasa daerah dan lebih memilih menggunakan bahasa daerah (Indonesia). Selain itu, mereka juga menggunakan bahasa campuran (bahasa daerah dengan bahasa Indonesia dan/atau bahasa asing) dalam komunikasi sehari-hari.

Padahal, kata Ismid Rizal, Kaltim kaya akan bahasa daerah atau bahasa daerah yang menjadi identitas masyarakatnya. Oleh karena itu, bahasa ibu harus diturunkan kepada generasi muda. Ismid mengatakan, melestarikannya tidak cukup hanya dengan memperhatikan bahasa Kenyah, Melayu-Kutai, dan Paser saja, tapi juga seluruh bahasa asli Kalimantan Timur.

Selain itu, adanya rencana pemindahan ibu kota negara (IKN) ke Kalimantan Timur akan berdampak luas terhadap penuturan bahasa daerah di Kalimantan Timur. Oleh karena itu, Ismid berharap generasi muda dapat terus melestarikannya dengan berbahasa ibu dan bangga dengan bahasa daerah Kalimantan Timur.

“Pemprov Kaltim menyambut baik dan mengapresiasi terselenggaranya FTBI tingkat Provinsi Kaltim Tahun 2022, karena acara ini sangat penting bagi pelestarian dan pengembangan bahasa daerah,” tambah Ismid.

Eksistensi Bahasa Daerah Di Kaltim Teruji Dengan Hadirnya Ikn

FTBI tingkat provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2022 merupakan puncak kegiatan RBD. Acara ini akan berlangsung pada tanggal 23 hingga 26 November 2022 di Hotel Aston dan Atrium Samarinda Central Plaza Mall di Samarinda, Kalimantan Timur. Sebanyak 84 peserta SD dan SMP turut aktif serta 14 orang guru pendamping.

FTBI tingkat Provinsi Kalimantan Timur tahun 2022 akan dimulai secara bertahap, dimulai dari tingkat kecamatan dan kabupaten, kemudian berlanjut ke tingkat provinsi. Dalam pelaksanaan FTBI, KBPKT telah melatih pendamping dari enam kabupaten/kota (Kabupaten Paser, Penajam Paser Utara, Kutai Kartanegara, Kutai Barat, Kutai Timur dan Samarinda) di Kalimantan Timur.

Para mentor ini kemudian melatih 277 guru sekolah dasar. KBPKT kemudian melakukan kegiatan sosialisasi atau sosialisasi kepada 1.160 guru dan aktivis masyarakat. Tahap selanjutnya adalah pembelajaran revitalisasi bahasa daerah dengan sasaran siswa sekolah dasar (total 13.536 siswa) dan siswa sekolah menengah (total 5.822 siswa). Selanjutnya diadakan Festival Tembak Lidah Ibu tingkat kabupaten di Paser, Penajam Paser Utara (PPU) dan Kutai Kartanegara yang diikuti 680 peserta.

Baca Juga  Mengapa Lampu Senter Dapat Menyala Terang Tetapi Baterainya Cepat Habis

Kategori Lomba FTBI Tingkat Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2022 adalah Puisi Bahasa Daerah Tingkat Sekolah Dasar, Dongeng Bahasa Daerah Tingkat Sekolah Dasar, Puisi Bahasa Daerah Tingkat Sekolah Menengah dan Esai Bahasa Daerah pada tingkat rata-rata. Tiga bahasa sasaran yang digunakan adalah Paser, Melayu Kutai, dan Kenyah. Siswa SD dan SMP peserta FTBI diberikan kebebasan berekspresi dengan mengeluarkan seluruh kreativitasnya dalam puisi, dongeng, dan pidato dalam bahasa Paser, Melayu Kutai, dan Kenyah.

Kabupaten Kutai Timur

Penampilan para peserta dinilai oleh sembilan juri yang terdiri dari tiga juri untuk setiap kategori. Para jurinya adalah Ajang Kedung (Ketua Lembaga Adat Besar Dayak Kenyah Kalimantan), Martinus Usat (Dewan Adat Dayak Kalimantan Timur), Nuh Lenjau (Lembaga Adat Dayak Kenyah Kalimantan Timur), Moh. Bahzar, Muhammad Salmani, Muhammad Natsir Rasyid, H. Syafruddin Pernyata, Aji E. Qamara, dan Meita Setyawati.

“Menghidupkan kembali bahasa daerah membutuhkan proses yang panjang. Semua peserta adalah pemenang. “Oleh karena itu, para peserta hendaknya semangat dan terus melestarikan bahasa daerah dengan mempraktekkannya dalam berkomunikasi dengan keluarga,” kata Kepala Pusat Penguatan dan Pemberdayaan Bahasa, Iwa Lukmana.

Bahasa Paser digunakan secara luas di Kabupaten Paser dan pada tingkat lebih rendah di Penajam Paser Utara (Sepaku, Mentawir dan Sotek), di Kutai Kartanegara dan Kota Baru, Kalimantan Selatan. Bahasa Pasir mempunyai banyak dialek, sehingga hanya sedikit penutur bahasa Pasir baku. Di sisi lain, bahasa Indonesia lebih umum digunakan dalam komunikasi untuk menghindari kesalahpahaman karena perbedaan dialek.

Meningkatnya jumlah pendatang seperti suku Bugis, Jawa dan Banjar yang tinggal di Kabupaten Paser dan Penajam Paser Utara juga menyebabkan banyak terjadinya perkawinan campur dan mempengaruhi penggunaan dan penutur bahasa Paser. Kondisi ini juga diperburuk dengan tidak aktifnya komunitas penggiat bahasa Paser dan tidak adanya bahasa Paser dalam pengajaran muatan lokal di Kabupaten Paser.

Loleng, Kota Bangun, Kutai Kartanegara

Sementara itu, banyak penutur muda Paser yang juga merasa malu dan minder dalam berbahasa Paser karena tidak mengetahuinya, dan mereka merasa lebih dihargai jika mampu berbahasa Indonesia dengan baik. Dalam lingkup keluarga pun orang tua belum terbiasa berkomunikasi dalam bahasa Paser.

Jumlah penutur bahasa Melayu Kutai lebih banyak dibandingkan bahasa daerah lain yang berkembang di Kalimantan Timur. Dilihat dari tipologi genealogis atau genetisnya, bahasa Melayu Kutai Kotabangun merupakan dialek bahasa Melayu di Kalimantan dan termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia.

Suku Kutai tidak mempunyai aksara sendiri. Tradisi lisan masyarakat Kutai umumnya dicatat dalam aksara Arab atau Jawi. Sedangkan bahasa Kutai pada umumnya hidup dan berkembang dalam bentuk cerita (percakapan) dan dalam karya sastra berupa puisi (pantun). Sangat sedikit bukti tertulis yang dihasilkan dalam bahasa Melayu Kutai.

Baca Juga  Apakah Guna Dari Gerakan Mengayun Lengan

Pada tahun 1990-an, bahasa Melayu Kutai diajarkan di sekolah-sekolah, pada tingkat dasar sebagai mata pelajaran bahasa Kutai. Namun implementasinya berumur pendek atau hanya bertahan beberapa tahun. Selama dua tahun terakhir, pemerintah daerah berupaya merevitalisasi pendidikan Melayu Kutai di sekolah dengan memasukkannya sebagai muatan lokal di Kabupaten Kutai Kartanegara, meski masih dalam tahap perencanaan dan persiapan.

Ftbi Di Kaltim 2022 Jadikan Revitalisasi Bahasa Daerah Lebih Menyenangkan Bagi Generasi Muda

Generasi muda penutur bahasa Melayu Kutai Kotabangun jelas mengalami kemunduran dan perubahan. Generasi muda cenderung lebih bahagia dan bangga ketika berbicara bahasa Indonesia dalam komunikasi sehari-hari. Masyarakat dialek Melayu Kutai Kotabangun juga kurang aktif dan kurang kekinian, serta bahasa yang digunakan masih bercampur dengan bahasa Indonesia, bahkan dengan bahasa Banjar.

Bahasa Kenya merupakan salah satu bahasa daerah Kalimantan Timur yang mulai mengalami perubahan dan sulit dipertahankan masyarakatnya. Hal ini disebabkan semakin banyaknya pendatang dari luar Kalimantan Timur yang tinggal di wilayah tersebut dan sebagian penduduk Dayak Kenya juga pindah ke wilayah lain yang lebih maju dan dekat dengan perkotaan.

Kenyah dituturkan oleh masyarakat di desa Inaran dan Gunung Sari (Kabupaten Berau) dan desa Datah Bilang Ulu (Kabupaten Mahakam Hulu) di Provinsi Kalimantan Timur. Kenyah juga digunakan di provinsi Kalimantan Timur, khususnya di kabupaten Malinau dan Bulungan. Masing-masing daerah bahasa ini mempunyai dialek yang berbeda-beda, namun tetap merupakan bahasa Kenya. Bahasa Kenyah umum digunakan di Kabupaten Kutai Kartanegara (Desa Lung Anai dan Sungai Bawang), Kutai Timur (Desa Sangkimah dan Rindang Banua), Samarinda (Desa Pampang) dan Balikpapan. Namun jumlah penuturnya tidak sebanyak penutur bahasa Melayu Kutai. Menurut data SIL (2006), jumlah penutur bahasa Kenyah sekitar 18.000 penutur.

Jumlah penutur muda Kenya semakin berkurang karena mereka mulai meninggalkan bahasa daerahnya dan memilih menggunakan bahasa nasional (Indonesia) dan bahasa campuran (bahasa daerah dengan bahasa Indonesia dan/atau bahasa asing). Oleh karena itu, pemerintah khususnya pemerintah daerah tetap berkomitmen untuk meningkatkan, melestarikan dan mengembangkan bahasa Kenya agar tidak punah. Hal ini dilakukan dengan memasukkan bahasa Kenya sebagai pelajaran muatan lokal atau kegiatan ekstrakurikuler, serta revitalisasi bahasa daerah berbasis masyarakat. [Hms/Suhardiman], Kukar – Program Pengajaran Bahasa Muatan Lokal Kutai (Mulok) dilaksanakan di 50 sekolah di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar).

Jadi Calon Ibu Kota Negara Indonesia, Ini Sejarah Dan Fakta Kutai Kartanegara

Sekadar informasi: Bahasa Kutai telah dimasukkan dalam program pembelajaran masing-masing sekolah, misalnya. B.dalam pendidikan anak usia dini.

Alat yang digunakan oleh dokter, adobe photoshop banyak digunakan oleh, kerajaan kutai terletak di provinsi, upaya penegakan ham oleh masyarakat, kain batik mega mendung digunakan oleh kebanyakan masyarakat, kegiatan ekonomi masyarakat dipengaruhi oleh, osiloskop digunakan oleh, kehidupan masyarakat kerajaan kutai, mikroskop digunakan oleh, alat komunikasi masa lalu yang sampai sekarang masih digunakan oleh masyarakat adalah, kulkul yang digunakan oleh masyarakat bali digunakan dengan cara, rambu lalu lintas digunakan oleh