Rumah Tipe Gudang Mendapat Pengaruh Dari Bangsa – “Arsitektur merupakan salah satu wujud perwujudan kebudayaan, oleh karena itu sering dikatakan bahwa arsitektur adalah cerminan kebudayaan.” Hal tersebut diungkapkan Handinotto dalam artikelnya yang mengupas tentang gaya arsitektur Indische Voonhuizen, gaya arsitektur hunian yang mewarnai khasanah arsitektur nusantara. Gaya bangunan yang dimaksud merupakan ekspresi budaya campuran yang dikenal dengan budaya Indic, yaitu budaya yang muncul dari hubungan masyarakat Eropa dengan masyarakat lokal serta alam tropis nusantara. Seperti apa rumah Indisch Voonhuizen dan bagaimana kehidupannya dari awal, perkembangan hingga menghilang dari muka kota akan menjadi pembahasan utama dalam artikel tentang jejak kolonial ini.

Patung Panglima Sudirman yang sedang menunggang kuda tampak menawan dan berwibawa di halaman depan Museum Rakyat Sasmita, tempat tinggal Panglima saat bertugas di Yogyakarta. Setelah memberi tahu penjaga, saya pergi ke teras depan gedung yang tinggi dan luas itu. Bangunan Museum Rakyat Sasmita di depan saya tampak seperti rumah seorang bangsawan Belanda. Sejarah bangunan ini dimulai sebelum Panglima Sudirman tinggal di sana. Jauh sebelum menjadi kediaman Panglima Sudirman, bangunan ini dibangun oleh keluarga penanam gula atau pemilik pabrik gula kaya raya pada masa itu. Nama keluarga Wiesenschenk. Silsilah keluarga Weijnschenk di Hindia Belanda diawali dari Leopold Weijnschenk, seorang letnan kavaleri dari Wurttemberg yang bekerja pada Dinasti Surakarta. Leopold menikah dengan Maria Christina Franke dan memiliki enam anak. Salah satunya bernama George Lodewijk, lahir di Solo pada tanggal 9 Juni 1814. George mengawali karirnya sebagai komisaris di Kantor Karesidenan Yogyakarta. Bekerja sebagai pejabat kolonial membuka peluang menjalin hubungan dekat dengan Keraton Yogyakarta. Kedekatan ini terbayar dengan memberikan George hak untuk menyewa tanah. Saat itu, orang asing tidak diperbolehkan memiliki tanah di Yogyakarta dan malah Sultan mengizinkan mereka menyewakan tanahnya. Penyewa Eropa ini dikenal sebagai White Beckles.

Rumah Tipe Gudang Mendapat Pengaruh Dari Bangsa

Rumah keluarga Weijnschenk di Bintaran, abad ke-19. Foto ini diambil oleh fotografer Cassian Cephus (Sumber: rijksmuseum.nl)

Pembangunan Rumah Bantuan Di Aceh By Katahati Institute

George diberikan hak sewa tanah di Sanasevu, Cratil, Tendeng, Kwini dan Ngoto. George mengubah lahan tersebut menjadi perkebunan berbagai tanaman seperti nila, kopi, gula, dan tembakau. George juga menjadi bankir sebelum Javashe Bank membuka kantor agen di Yogyakarta. Bersama Sossman, Van Gorkom dan Sayers, George mendirikan pabrik sabun Van Gorkom namun bisnisnya berakhir dengan kegagalan. George membangun wisma dengan kolam renang di Amberwinnagun dan menghadiahkan wisma tersebut kepada Sultan Hamengkubuwono VII sebagai tanda persahabatan antara keluarga Weijnchenck dan orang Kreta (Het Nieuws van den Dag voor Ned.inde, 31 Desember 1938) diberikan. Dalam hidupnya, George menikah beberapa kali. Pertama dengan Maria Dorothea Baumgarten, putri dari keluarga Baumgarten, yang saat dinikahinya pada tahun 1836 ia berusia 17 tahun. Keluarga Baumgarten sendiri termasuk dalam keluarga Bekal Putih Yogyakarta. Keluarga Beckel kulit putih lainnya termasuk Angers, Dom, keluarga Claring dan tentu saja keluarga Weijnschenk. Pernikahan George dengan Maria berumur pendek karena Maria meninggal pada tahun berikutnya. George menikah lagi pada tahun 1850, dengan seorang wanita Jawa bernama Raimah, dan dari pernikahan itu George mempunyai dua belas orang anak. Raima meninggal pada tahun 1861 dan menikah untuk ketiga kalinya, dengan Wilhelmina Frederica Kramer. Pada tahun 1868, George dan kedua putranya yang kemudian melanjutkan bisnis George yaitu George Jr. Dan Cherry pergi ke Eropa bersama George Jr. Belajar di kota Köln. Dalam perjalanannya, George bermimpi pabriknya di Padokan hancur. Ternyata mimpi buruk tersebut benar-benar terjadi karena di hari yang sama George mengalami mimpi buruk tersebut, Yogyakarta diguncang gempa kuat yang menghancurkan sebuah pabrik di Padokan. Lambatnya arus komunikasi pada saat itu membuat dia baru menerima kabar setelah sampai di Eropa. George segera kembali membangun kembali pabrik gula yang hancur.

Baca Juga  A. Tuliskan Ayat Dan Terjemahan Qs. Al-jaatsiyah 45:13

Sayangnya, pasca pembangunan pabrik tersebut muncul masalah lain berupa krisis gula pada tahun 1880-an yang membuat banyak pabrik gula swasta bangkrut. George senior meninggal pada tahun 1878 ketika bisnisnya mengalami masa-masa sulit. Aset pertanian tersebut baru harus digadaikan dan dilunasi pada tahun 1908. Mayoritas saham usaha pertanian Padokan dan Barongan dipegang oleh anggota keluarga Weijnschenk, sehingga dapat dikatakan bahwa pertanian tersebut merupakan usaha keluarga. George Jr meninggal pada tahun 1931. Sedangkan Cherry Weisschenk meninggal pada tahun 1935. Kematiannya menandai berakhirnya generasi keluarga Bekele kulit putih di Yogyakarta karena ketika Cherry meninggal, pengelolaan lahan pertanian di Yogyakarta sudah dikuasai oleh perusahaan sindikat perkebunan. Keuntungan yang diterima keluarga Weijnschenk dari hasil pertanian digunakan untuk membangun rumah mewah yang kini menjadi salah satu contoh rumah Indische Weijnschenk terbaik di Yogyakarta.

Cuplikan kisah keluarga Wijnschenk di atas membuka gambaran rumah Indische Voonhuizen yang erat kaitannya dengan kehidupan keluarga Belanda di masa lalu. Indische Voonhuizen merupakan salah satu jenis bangunan tempat tinggal yang banyak digunakan pada abad ke-19. P.H. Van der Kemp, dalam artikelnya “Ouver Kunst in Indische Vooningbouw”, mendefinisikan bangunan Indische Voonhuizen sebagai bangunan tempat tinggal satu lantai, dengan tiga pintu depan yang tinggi dan deretan tiang penyangga teras depan yang terbuka. Tiang-tiangnya terbuat dari batu bata yang disusun berbentuk tiang-tiang gaya Yunani atau tiang-tiang besi berukir (Kemp, 1915:54). Memangnya, bagaimana arsitektur rumah Indisch Voonhuizen yang menjadi gaya rumah keluarga Weijnschenk tercipta?

Arsitektur rumah Indische Voonhuizen tidak tercipta dalam semalam. Penataan dan bentuk rumah Indische Voonhuizen mencerminkan upaya akulturasi dan adaptasi gaya Belanda secara bertahap terhadap lingkungan setempat. Asal usul rumah Indische Voonhuizen adalah tanah seorang pejabat tinggi VOC di luar kota. Ketika perdagangan di Batavia berkembang pesat pada abad ke-18, para saudagar atau pejabat VOC yang kaya membangun landhuizen, yaitu rumah dengan taman yang luas, di pinggiran kota. Selain kebisingan, lingkungan kota juga kurang sehat untuk ditinggali. Hanya ketika pinggiran kota sudah aman barulah mereka berani membangun Landhuizen. Konflik bangsa Eropa dengan iklim tropis menyebabkan tanah harus beradaptasi dengan lingkungan tropis (GIL, 2002: 112). Seperti diketahui, masyarakat Eropa sudah terbiasa hidup di daerah beriklim dingin, hingga akhirnya rumahnya ditutup agar ruangan di dalamnya terasa hangat. Namun selama mereka tinggal di sini, ternyata iklimnya sangat berbeda dengan Eropa. Rumah tertutup ala Eropa pasti kurang cocok dibangun di sini karena rumah seperti itu akan membuat tercekik. Untuk bisa bertahan di iklim tropis, banyak penyesuaian yang dilakukan, misalnya dengan menambahkan beranda melingkar dan balkon lebar agar panas matahari tidak terlalu banyak menembus interior. Terkadang beranda dilengkapi dengan tirai bambu untuk mengurangi intensitas sinar matahari namun tetap memungkinkan udara masuk. Penyesuaian lainnya adalah memperbesar pintu dan jendela untuk meningkatkan aliran udara agar tetap sejuk dan nyaman di dalam. Keberadaan rumah Indic dapat dikatakan sebagai strategi Eropa untuk beradaptasi dengan iklim tropis nusantara agar nyaman tinggal di sini (Lombard, 2018: 220).

Baca Juga  What Do You Think The Poem Dreams Is About

Pdf) Arsitektur Rumah Gudang Di Kawasan Kampung Songket Palembang

Memasuki abad ke-19, Rumah Indische Voonhuizen mulai menampilkan salah satu ciri khasnya, yaitu tiang-tiang besar bergaya Yunani di bagian depan rumah. Kemunculan pilar-pilar tersebut tak lepas dari pengaruh Gubernur Jenderal Hermann Wilhelm Daendels yang terkenal dengan mahakaryanya Jalan Raya Other Panarukan. Selain gaya pemerintahannya yang keras, Daendels memberi warna baru pada perkembangan arsitektur rumah India. Para Daendels yang mendominasi Hindia Belanda mempunyai selera seni tersendiri, khususnya dalam bidang arsitektur. Semasa Daendels berkuasa, ia merupakan bawahan dan pengagum Napoleon Bonaparte. Untuk mengangkat citra kerajaan Perancis yang dibangunnya, Napoleon memperkenalkan gaya Empire yang menekankan kemegahan bangunan. Sebagai pengagumnya, Daendels mengimpor arsitektur ini ke Hindia Belanda (Handinotto, 2008; 51). Gaya Empire sebenarnya merupakan turunan dari gaya Neo-Klasik yang mencoba menciptakan kembali kolom-kolom yang biasa ditemukan pada kuil-kuil kuno Yunani-Romawi di depan rumah. Pada akhir abad ke-19, pilar batu besar di teras depan diganti dengan pilar baja atau kayu. Tiang besi atau kayu terkadang ditutup dan dihias dengan hiasan tanaman rambat (Handinotto, 2012; 55). Di sinilah ciri arsitektur Indische Voonhuizen abad ke-19 diciptakan.

Denah rumah khas Indische Voonhuizen. Deskripsi Voorgallery : Teras depan. Pintu: Lorong. Slapkammer: Kamar Tidur. Achargallery: Teras belakang. Alokasi: Gudang makanan. Keuken: Dapur. (Sumber: Nederlandsche Indische Huis oud en Nieuw 4e Jaargang, Afed. 4, 1919).

Keistimewaan lain dari rumah Indische Voonhuizen adalah terdiri dari bangunan induk dan paviliun. Bangunan induk atau Hoofdgebouw memiliki denah sederhana. Di dalamnya selalu terdapat dua buah serambi, yaitu serambi depan sebagai tempat menerima tamu dan serambi belakang sebagai tempat makan bersama. Didalamnya terdapat dua ruangan yang saling berhadapan, dipisahkan oleh selasar yang menghubungkan serambi belakang dan serambi depan. Bangunan induk merupakan tempat keluarga angkat melakukan aktivitas sehari-hari seperti tidur dan makan bersama. Sedangkan bangunan tambahan atau Bijgebouwen ditempatkan tersendiri pada bagian samping atau belakang rumah dan meliputi ruangan-ruangan seperti kamar mandi, toilet, dapur, ruang penyimpanan, dan drum kuda.

Baca Juga  Detail Artinya

Di setiap rumah Indische Voonhuizen, memasak dilakukan di dapur yang terletak di Bijgebouwen atau bangunan yang berdekatan. Kayu bakar masih digunakan dalam kegiatan memasak. Peralatan dapur digunakan untuk menyimpan peralatan makan. Sedangkan bahan makanan disimpan di gudang sebelah dapur. J.C. Ilustrasi oleh Rappard (Sumber: collector.troppenmuseum.nl)

Ips Modul 1

Setiap rumah Indische Voonhuizen dilengkapi dengan ruang tamu untuk pembantu rumah tangga dan keluarganya. J.C. Dalam ilustrasi Rappard, sang istri terlihat bersiap menyalakan kompor untuk suami dan anak-anaknya (sumber: collector.troppenmuseum.nl).

Bijebouwen dimaksudkan sebagai ruang penunjang aktivitas sehari-hari masyarakat yang tinggal di bangunan induk, seperti mandi, mencuci, dan memasak. Bagian

Apa pengaruh keragaman budaya terhadap ekonomi dan persatuan bangsa, bagaimanakah proses masuk dan berkembangnya kuliner yang mendapat pengaruh india, pengaruh letak geografis bagi kehidupan bangsa indonesia, bukti bahwa kerajaan kutai telah mendapat pengaruh budaya india, pengaruh globalisasi terhadap bangsa indonesia, proses masuk dan berkembangnya kuliner yang mendapat pengaruh india, cara mendapat penghasilan dari rumah, rumah tipe gudang, musik keroncong mendapat pengaruh dari negara, perluasan pengaruh bangsa eropa di indonesia, pengaruh globalisasi terhadap kehidupan bangsa dan negara indonesia, cara mendapat uang dari rumah