Politik Etis Menjadi Bumerang Bagi Belanda Karena – Pada awalnya pemerintah Hindia Belanda mendirikan sekolah untuk penduduk pribumi karena kebijakan moral yang dikeluarkan oleh Ratu Wilhelmina dari Belanda, meskipun hal ini tidak lepas dari kecaman Belanda yang memanfaatkan rakyat Belanda. . jangka panjang. Hal ini justru menimbulkan kemiskinan yang parah bagi masyarakat Indonesia. Oleh karena itu lahirlah politik moral untuk menangani warga negara melalui berbagai kebijakan di bidang pengairan, pendidikan dan keimigrasian. Sejak penerapan kebijakan moral, pendidikan rumah tangga di Indonesia mulai tumbuh dan berkembang. Menghasilkan pribumi terpelajar dalam jumlah yang lebih besar dari sebelumnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa politik moral sangat berpengaruh terhadap revolusi Indonesia dan perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Politik moral diterapkan hanya untuk formalitas, dipahami bahwa pelaksanaan kebijakan hanya untuk memenuhi kebutuhan penjajah, bukan untuk kesejahteraan warga negara. Sedangkan sistem pendidikan yang diterapkan Belanda juga untuk kepentingan pemerintah Belanda saat itu. Pemerintah Hindia Belanda memfokuskan politik moralnya pada pendidikan karena pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam pembangunan negara sekaligus mencari keuntungan ekonomi. Awalnya, sekolah dibuka karena kekurangan personel dan pegawai pemerintah yang dibutuhkan. Ekspansi pendidikan dalam jumlah besar memungkinkan penjajah untuk mempercepat pembangunan institusi yang dibutuhkan oleh pemerintah Hindia Belanda. Penduduk yang tamat sekolah kemudian akan bekerja pada pemerintah Hindia Belanda, sedangkan rakyat jelata akan bekerja sebagai buruh kasar atau buruh laki-laki, meskipun dengan upah yang lebih rendah.

Politik Etis Menjadi Bumerang Bagi Belanda Karena

Politik moral yang bertujuan untuk memberikan kembali kepada masyarakat Indonesia dengan berbagai kebijakan, salah satunya adalah pendidikan, bahkan ada diskriminasi dan diskriminasi. Hal ini terlihat dari sekolah-sekolah yang dibangun Belanda berdasarkan status sosial dan ras: Eropa, Arab, Cina, dan India. Pendidikan diselenggarakan secara diskriminatif, sehingga sekolah yang diberikan kepada golongan elit sangat berbeda dengan sekolah yang diberikan kepada rakyat jelata, sehingga terjadi ketimpangan pendidikan. Sekolah ini sangat dibedakan dari segi pendidikan, seperti kurikulum, guru, fasilitas dan penggunaan media pembelajaran yang berbeda antara sekolah kelas elite dan pesantren biasa. Sekolah elit lebih baik daripada sekolah umum biasa. Orang Belanda percaya bahwa pendidikan digunakan untuk mempertahankan perbedaan sosial dan bukan untuk mobilitas sosial.

Baca Juga  Jumlah Lintasan Dalam Kolam Renang Adalah

Proses Terbentuknya Kesadaran Dan Perkembangan Pergerakan Kebangsaan Indonesia

Sekolah ini memiliki dua aliran pemikiran dalam melaksanakan pendidikannya. Pertama, Snouck Hurgronje dan J.H. Abendanon (Direktur Pendidikan) berpikir ingin menggunakan pendidikan yang diberikan kepada pribumi sebagai pengantar bahasa Belanda. Tujuannya adalah untuk menciptakan dan memfasilitasi kerjasama antara masyarakat lokal dan Eropa. Yang kedua adalah gagasan Edinburgh dan Gubernur Jenderal von Hurtz untuk mendukung pendidikan penduduk asli dengan memperkenalkan penggunaan bahasa daerah kepada masyarakat kelas bawah.

Pemerintah Hindia Belanda telah memberikan pendidikan tidak hanya di perkotaan tetapi juga di pedesaan. Sekolah Desa atau Volk School adalah sekolah untuk penduduk asli di desa yang pendidikannya dilaksanakan selama tiga tahun, kurikulumnya meliputi membaca, menulis dan matematika. Siswa yang terpilih akan melanjutkan studinya di sekolah lanjutan selama dua tahun. Siswa yang terpilih akan diberi kesempatan mengikuti ujian melalui sekolah skala atau transisi untuk mendapatkan pendidikan ala Belanda sebagai syarat. Selain itu, banyak juga sekolah yang didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda, yaitu sekolah kelas satu dan sekolah kelas dua. Sekolah kelas satu yang menggunakan bahasa Belanda dengan masa belajar 5 tahun didirikan hanya untuk anak elit. Sebagian besar sekolah tersebut berlokasi di pulau Jawa dengan kurikulum teknis seperti membaca, menulis dan matematika. Pada tahun 1912, sekolah tersebut berganti nama menjadi HIS (Hollandsch Inlandsche School) yang diperuntukkan bagi anak-anak tanah air yang merupakan keturunan bangsawan dan orang-orang terkenal pada masa itu.

Pada saat yang sama, sekolah kelas dua muncul karena ketidakmampuan Belanda mendanai sekolah untuk seluruh rakyat Indonesia. Kurikulum yang digunakan tidak berbeda dengan sekolah kelas satu, hanya saja ada tambahan pelajaran bahasa Mali dan bahasa daerah lainnya sebagai keterampilan komunikasi. Sekolah ini diperuntukkan bagi masyarakat menengah ke bawah. Lain adalah ELS (Europeesche Lagere School) yang eksklusif untuk anak-anak elit Belanda, Eropa dan pribumi. HCS (Hollandsch Chinaes School) untuk keturunan Tionghoa dan Belanda. Sekolah tersebut memiliki siswa dengan status sosial yang berbeda-beda dan juga setara dengan sekolah dasar (SD) dengan masa pendidikan tujuh tahun.

Untuk sekolah sederajat SMA (Sekolah Menengah Atas) yang merupakan ELS untuk jenjang pendidikan empat tahun sebagai sekolah lanjutan sebelum MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) dimana satu tahun digunakan untuk masa persiapan. Jenjang pendidikan berikutnya di AMS (Algemeene Middelbare School) adalah tiga tahun. Dan terakhir ada HBS (Hoogere Burgerschool) untuk orang Eropa, Belanda, Tionghoa dan pribumi yang berstatus sosial tinggi. Durasi pendidikan adalah 5 tahun. Sekolah-sekolah tersebut menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.

Baca Juga  Kesatuan Pertahanan Keamanan Yang Digariskan Dalam Wawasan Nusantara Mengandung Arti

Pendidikan Masa Politik Etis

Terdapat juga jenjang pendidikan yang lebih tinggi bernama STOVIA (Schule Tut Opplading van Inlandische Artesen) yang merupakan sekolah kedokteran di Batavia yang ditujukan untuk masyarakat setempat untuk menjadi dokter dan sekolah kedokteran di Surabaya bernama NIAS (Nederlandse Indeische Artesen School). . Selain itu, ada juga sekolah kejuruan yang dibuka karena membutuhkan tenaga kerja untuk pemerintahan Hindia Belanda. Salah satu sekolah profesional dalam pelatihan guru adalah Kweekschool dan Hogere Kwekschool. Di bidang teknik ada THS (Technische Hoge School) di Bandung dan Reichskending Hoge School di Batavia. Untuk pelatihan guru penutur asli, ada sekolah OSVIA gaya Barat (Opleiding School Voor Inlandsche Ambrenaren). Universitas di Hindia Belanda tidak lagi memandang ras, siapapun bisa mengenyam pendidikan tinggi di Hindia Belanda. Meskipun akses pendidikan sangat sulit bagi masyarakat adat, partisipasi pendidikan mereka sangat tinggi.

Madihardjo, R. (2006). Pengantar Pendidikan: Studi Pendahuluan Dasar-dasar Pendidikan Umum dan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Jangan khawatir, meski belum pernah mendengarnya, pada artikel kali ini saya akan membahas politik moral di Indonesia yang akan Anda temui selama belajar sejarah di kelas 11.

Salah satu penyebab lahirnya politik moral di Indonesia adalah perintah Ratu Wilhelmina (Ratu Belanda saat itu) yang merasa bahwa Belanda harus memajukan rakyat negara yang dijajahnya sebagai keuntungan bersama. ke Belanda.

Dilihat dari tujuannya adalah untuk kenyamanannya sendiri, tetapi benarkah politik moral adalah sistem yang bekerja atas perintah Ratu?

Politik Etis Menjadi Bumerang Bagi Pemerintah Kerajaan Belanda Karena…..a.banyak Ditentang Tokoh

Namun, benarkah ada kebijakan yang bisa memuaskan semua pihak? Daripada bingung, saya akan langsung dari politik moral ke isi lengkap dampaknya terhadap masyarakat Indonesia ketika dijajah oleh Belanda.

Politik moral adalah pandangan bahwa pemerintah kolonial memiliki tanggung jawab moral atas kesejahteraan rakyat terjajah (terjajah).

Terciptanya kebijakan moral yang dikeluarkan oleh pemerintah kolonial Belanda diperlukan karena sejak lama Belanda mengeksploitasi Hindia Belanda (nama Indonesia pada saat itu) sedangkan penduduk pribumi menderita, salah satunya adalah hasil Tanam Paksa. . .

Pada mulanya penderitaan ini tidak pernah dihiraukan oleh penguasa Belanda di Indonesia. Tanam paksa memang merenggut banyak nyawa.

Pdf) 06 Ips Kls 8 Bab 5

Penguasa Belanda memiliki semboyan bahwa masalah yang terjadi di Hindia Belanda (Indonesia) akan tetap di Hindia Belanda.

Baca Juga  Sebutkan Contoh Kerjasama Dalam Merawat Tanaman Di Sekolah

Namun, rupanya Tuhan mulai menyingkap aib yang disembunyikan para petinggi di Hindia Belanda, hingga berita penderitaan ini akhirnya sampai ke telinga Ratu Wilhelmina.

Ratu memerintahkan bawahannya untuk memberi kompensasi kepada penduduk asli atas perjuangan dan penderitaan mereka.

Maka kita sampai pada kesimpulan bahwa salah satu sebab lahirnya politik moral di Indonesia adalah ketidakadilan berupa kesejahteraan Belanda yang tidak seimbang dengan kesejahteraan masyarakat kolonial Indonesia (Indonesia).

Jong Borneo, Ini Saatnya..!! Bangkit Atau Karam Songsong Ibu Kota Negara

Namun, politik moral memiliki banyak kontradiksi di baliknya. Ini karena konflik antara kaum humanis dan liberal di parlemen Belanda.

Meski baik dan buruk selalu ada, pada 17 Desember 1901 Belanda memberlakukan kebijakan moral melalui pidato yang diumumkan oleh Ratu Wilhelmina I.

Nah, sekarang sudah paham kan arti politik moral di Indonesia dan latar belakang munculnya politik ini.

Di bagian selanjutnya dari materi sejarah ini, saya akan membahas tokoh-tokoh yang menciptakan dan melegitimasi politik moral di Indonesia.

Makalah Dampak Perkembangan Kolonial Dan Imperial

Tahukah Anda bahwa materi politik moral di Indonesia merupakan salah satu materi yang sering muncul dalam sejarah UTBK SBMPTN?

Jika bingung mulai dari mana mempersiapkan UTBK, materi apa yang akan dipelajari. Jangan khawatir, karena mereka ada di sini untuk membantu. Anda perlu mengklik banner di bawah ini untuk menemukan daftar bahan UTBK, bukan?

Fokus ke UTBK untuk kejar kampus impian? Persiapkan diri Anda dengan materi video diskusi, ribuan contoh soal, dan kumpulan eksperimen!

Sejak awal artikel ini, saya sudah menyebutkan bahwa Ratu Wilhelmina lah yang mempromosikan politik moral di Indonesia.

Korel Sakti 14

Politik moral pertama kali ditemukan oleh seorang pengacara dan ahli hukum Belanda bernama lengkap Konrad Theodor van Deventer.

Pada tahun 1899, Van Deventer seolah menampar pipi Belanda karena begitu lama mengeksploitasi kekayaan Hindia Belanda tanpa memperhatikan kesejahteraan pribumi.

Tulisan inilah yang pada akhirnya menimbulkan pro dan kontra di masyarakat Belanda hingga Politik Moral diberlakukan pada tahun 1901.

Van Deventer sendiri bergabung dengan Partai Demokrat Liberal pada tahun 1897 dan menjadi anggota Parlemen Belanda selama dua periode.

Politik Etis Belanda Menjadi Boomerang Bagi Belanda Karena? Jawaban Beserta Penjelasan Lengkap

Selain merasa diuntungkan oleh kerja keras penduduk Hindia Belanda, alasan lain untuk mendukung politik moral adalah kewajiban untuk memperbaiki status hukum umat Kristen di Hindia Belanda.

Lalu apa isi dari politik moral ini? Jika memang ingin membalas budi, haruskah Belanda memiliki sistem yang matang dalam membantu pribumi?

Pendidikan di sini berarti akses pendidikan oleh masyarakat Bumiputra. Dengan adanya akses pendidikan diharapkan adanya pemerataan atau keterbukaan di masa mendatang.

Hasil

Sejarah Perkembangan Pariwisata Bali

Sistem politik etis, ppt politik etis, politik etis belanda, pengaruh politik etis, latar belakang politik etis, 3 program politik etis, pengaruh politik etis bagi indonesia, arti politik etis, pelopor politik etis, politik etis di indonesia, buku politik etis, tokoh pencetus politik etis