Luas Pulau Sumatera – Dikisahkan ketika Ibnu Battuta (seorang cendekiawan Muslim dari Maroko) berkunjung ke pulau tersebut, ia selalu melafalkan kata Samudra sebagai Sumatera.
Pulau yang terletak di bagian barat kepulauan Indonesia ini berbatasan dengan Teluk Benggala di utara, Selat Malaka di timur, Selat Sunda di selatan, dan Samudra Hindia di barat.
Luas Pulau Sumatera
Sumatera yang kita kenal sekarang ini terbagi menjadi banyak provinsi, seperti Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Kepulauan Bangka Belitung dan Kepulauan Riau, dua provinsi yang tidak bersinggungan langsung dengan pulau ini. . Sumatera.
Tempt Wisata Terkenal Di Pulau Sumatera
Sebelumnya, beberapa tahun setelah penyerahan kedaulatan kepada Republik Indonesia, pada rapat pertama Komite Nasional Daerah (KND), Provinsi Sumatera dimekarkan menjadi tiga provinsi, yaitu: Sumatera Utara, Sumatera Tengah, dan Sumatera Selatan.
Pulau Samosir adalah sebuah pulau vulkanik di tengah Danau Toba di provinsi Sumatera Utara. Pulau di dalam pulau dengan ketinggian 1000 mdpl menjadikan pulau ini sebagai objek wisata yang menarik perhatian wisatawan yang berkunjung ke Sumatera. Sumber: Wikimedia Commons/Stepgun
Provinsi Sumatera Utara sendiri merupakan gabungan dari tiga wilayah administratif yang disebut Karesidenan, yaitu: Karesidenan Aceh, Karesidenan Sumatera Timur dan Karesidenan Tapanuli.
Artikel ini dibuat oleh Sahabat GNFI, mengikuti aturan penulisan di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Penulisan laporan.
Kawasan Konservasi Di Pulau Sumatera
Terima kasih telah melaporkan penyalahgunaan yang melanggar aturan atau praktik penulisan di GNFI. Kami terus berusaha menjaga GNFI tetap bersih dari konten yang seharusnya tidak ada di sini. Ini adalah pulau terbesar keenam di dunia di Indonesia, dengan luas 473.481 km². Populasi pulau ini adalah sekitar 57.940.351 (sensus 2018). Pulau ini juga dikenal dengan nama lain yaitu Pulau Percha, Andadalas atau Suwarnadwipa (Sansekerta, berarti “pulau emas”). Kemudian pada prasasti Padang Roco tahun 1286 swarnnabhūmi (Sansekerta, berarti “tanah emas”) dan bhūmi mālayu (“Tanah Melayu”) diukir untuk menyebut pulau ini. Selanjutnya, naskah Negarakertagama abad ke-14 juga menyebutkan “Bumi Malayu” (Melayu) untuk pulau ini.
Asal usul nama Sumatera karena adanya kerajaan Samudra (di pantai timur Aceh). Berawal dari kunjungan Ibnu Battuta, seorang musafir Maroko ke negara tersebut pada tahun 1345, ia melafalkan kata Samudra menjadi Shumathra,
Kemudian Sumatera, kemudian nama ini dicantumkan pada peta abad ke-16 yang dibuat oleh bangsa Portugis, untuk dipindahkan ke pulau tersebut, sehingga dikenal luas hingga sekarang.
Nama asli Sumatera sebagaimana tercatat dalam sumber sejarah dan mitologi adalah “Pulau Emas”. Kita menemukan kata Pulau Ameh (bahasa Minangkabau artinya pulau emas) dalam cerita Cindua Mato dari Minangkabau. Dalam budaya Lampung, nama Tanoh Mas ditulis berarti pulau Sumatera. Seorang musafir Tionghoa bernama I-tsing (634-713) yang tinggal di Sriwijaya (sekarang Palembang) selama bertahun-tahun pada abad ke-7 menyebut Sumatera dengan nama chin-chou yang berarti “negeri emas”.
Simak! Inilah 5 Pulau Terbesar Di Indonesia
Dalam berbagai teks, Sumatera disebut dalam bahasa Sanskerta sebagai: Suwarnadwipa (“pulau emas”) atau Suwarnabhumi (“tanah emas”). Nama-nama ini digunakan dalam teks India sebelum Kristus. Salah satu karya Buddhis tertua, kitab Jataka, menceritakan tentang para pelaut India yang menyeberangi Teluk Benggala menuju Suwarnabhumi. Dalam kisah Ramayana, dikisahkan pencarian Dewi Sinta istri Rama yang diculik Rahwana sampai ke Suwarnadwipa.
Pelancong Arab menyebut Sumatera dengan nama “Serendib” (tepatnya: “Suwarandib”), terjemahan dari nama Suwarnadwipa. Abu Raihan Al-Biruni, seorang ahli geografi Persia yang mengunjungi Sriwijaya pada tahun 1030, mengatakan bahwa tanah Sriwijaya berada di pulau Suwarandib. Namun ada juga orang yang membedakan Serendib dengan Sri Lanka yang tidak pernah disebut Suwarnadwipa.
Di kalangan orang Yunani kuno, Sumatera dikenal dengan nama Taprobana. Nama Taprobana Insula digunakan oleh Claudius Ptolemy, seorang ahli geografi Yunani abad kedua Masehi, tepatnya pada tahun 165, ketika ia menggambarkan wilayah Asia Tenggara dalam karyanya Geographical Hyphegesis. Ptolemeus menulis bahwa di pulau Taprobana terdapat tanah Barousai. Kemungkinan negara yang dimaksud adalah Barus di pesisir barat Sumatera yang dikenal sejak zaman dahulu sebagai penghasil kapur barus.
Sebuah teks Yunani dari tahun 70-an, Periplous tes Erythras Thalasses, mengungkapkan bahwa Taprobana juga disebut chryse nesos, yang berarti ‘pulau emas’. Sejak zaman dahulu kala, para pedagang dari sekitar Mediterania telah mengunjungi Nusantara, khususnya Sumatera. Selain mencari emas, mereka juga mencari kemenyan putih (Styrax sumatrana) dan kapur barus (Dryobalanops aromatica), yang saat itu hanya terdapat di Sumatera. Di sisi lain, para pedagang dari Nusantara juga menjual dagangannya di Asia Barat dan Afrika Timur, sebagaimana tercatat dalam naskah Historia Naturalis karya Pliny pada abad pertama Masehi.
Dua Pulau Indonesia Masuk 10 Pulau Terbesar Di Dunia
Dalam kitab Yahudi, Melakim (Raja-Raja), Bab 9, dijelaskan bahwa Nabi Sulaiman a.s. Raja Israel menerima 420 talenta emas dari Hiram, raja Tirus, yang berada di bawahnya. Emas dibawa ke tanah Ophir. Kitab Al-Qur’an, Surat Al-Anbiya ’81, menjelaskan bahwa kapal-kapal Nabi Sulaiman pergi ke “tanah yang Kami telah memberkati dia” (al-ardha l-lati barak-Na fiha).
Banyak ahli sejarah mengatakan bahwa tanah Ophir berada di Sumatera (Gunung Ophir di Pasaman Barat, Sumatera Barat, sekarang disebut Gunung Talamau?). Kita harus mencatat bahwa kota Tirus adalah pusat penjualan barang-barang dari Timur Jauh. Ptolemy juga menulis Geographical Hyphegesis berdasarkan informasi dari seorang pedagang Tyrian bernama Marinus. Dan banyak penjelajah Eropa pada abad ke-15 dan ke-16 mencari emas di Sumatera dengan kesan bahwa di sinilah tanah Ofir Nabi Sulaiman berada.
Kata pertama dalam nama Sumatera berasal dari gelar raja Sriwijaya Haji Sumatrabhumi (“Raja Tanah Sumatera”),
Menurut berita Cina, dia mengirim duta besar ke Cina pada tahun 1017. Beberapa pendapat mengatakan bahwa nama Sumatera berasal dari nama Samudra, kerajaan Aceh pada abad ke-13 dan ke-14. Penjelajah Eropa sejak abad ke-15 telah menggunakan nama kerajaan untuk menyebut seluruh pulau. Begitu pula pulau Kalimantan disebut Borneo, dari nama Brunei bagian utara pulau yang pertama kali dikunjungi orang Eropa. Demikian pula Pulau Lombok sebelumnya bernama Selaparang, sedangkan Lombok adalah nama daerah di pesisir timur Pulau Selaparang yang pertama kali dikunjungi oleh para pelaut Portugis.
Fakta Menarik Pulau Sumatera, Dari Sejarah Hingga Kondisi Geografis
Peralihan dari Samudra (nama kerajaan) ke Sumatera (nama pulau) menarik untuk ditelusuri. Odorico da Pordenone dalam kisah pelayarannya pada tahun 1318 mengatakan bahwa dia berlayar ke timur dari Coromandel, India, selama 20 hari, dan mencapai kerajaan Sumoltra. Ibnu Bathutah mengatakan dalam kitab Rihlah ila l-Masyriq (Mengembara ke Timur) bahwa pada tahun 1345 ia singgah di kerajaan Samatrah. Pada abad berikutnya, nama negara atau kerajaan Aceh diadopsi oleh para musafir lain untuk menamai seluruh pulau.
Pada tahun 1490, Ibnu Maj memetakan daerah sekitar Samudera Hindia dan pulau itu diberi label “Samatrah”. Peta Ibnu Maj ini disalin oleh Roteiro pada tahun 1498 dan muncul nama “Camatarra”. Peta Amerigo Vespucci dari tahun 1501 diberi nama “Samatara”, sedangkan peta Masser dari tahun 1506 disebut “Samatra”. Ruy d’Araujo pada tahun 1510 menyebut pulau ini “Camatra”, dan Alfonso Albuquerque pada tahun 1512 menulisnya “Camatora”. Antonio Pigafetta pada tahun 1521 menggunakan nama yang lebih “benar”: “Somatra”. Tetapi banyak catatan perjalanan “bingung” lainnya yang ditulis: “Samoterra”, “Samotra”, “Sumotra”, bahkan “Zamatra” dan “Zamatora”.
Catatan Belanda dan Inggris, sejak Jan Huygen van Linschoten dan Sir Francis Drake pada abad ke-16, konsisten dengan aksara Sumatera. Bentuk ini menjadi umum, dan diadaptasi ke Indonesia: Sumatera
. Penyebutan bupati digunakan untuk menyebut raja Sriwijaya bernama Haji Yuwa Rajya Punku Syri Harewa yang ditulis dalam kitab Hujung Langit Yuwaraja pada abad ke-9 Masehi, Sriwijaya berkembang di Indonesia.
Peta Sumatra Lengkap 10 Provinsi
. Kerajaan ini berasal dari Sumatera Selatan, Batu Brak menguasai Selat Malaka, kekuasaan Sriwijaya Kedatuan bertumpu pada perdagangan internasional dengan Cina dan India.
. Raja-raja Sriwijaya mendirikan biara di Negapattam di India tenggara. Kerajaan Chola India yang pada abad ke-10 Masehi mengembangkan Sriwijaya menguasai sebagian besar pulau Jawa
. Kedatuan Sriwijaya sebagai penghalang Kerajaan Chola India di jalur laut antara Asia Selatan dan Asia Timur, pada tahun 1025 Kerajaan Chola merebut kerajaan Palembang, menangkap raja dan seluruh anggota keluarganya termasuk para pejabat kerajaan, asisten dan mengambil kekayaannya, pada awal abad ke-20 Masehi 12 Kedatuan Sriwijaya digulingkan dari kerajaan dan raja terakhir seorang bernama Ratu Sekerummong yang pada abad ke-13 Masehi. dia ditangkap oleh keturunan Ratu Ngelang Paksi yang meneteskan darah, meneteskan darah dari Sultan Iskandar Zulkarnain.
“Sultan terbaik” itu adalah Ampu Pernong, nyamu, balunuh, travelling diwai. Tak lama kemudian, sub-kerajaan Majapahit Jawa mendominasi politik Indonesia.
Kondisi Geografis Pulau Sumatera
, di wilayah Jawa ketika terjadi konflik internal dengan Kerajaan Majapahit, kekuatannya berangsur-angsur menurun akibat konflik tersebut. Hal inilah yang dimanfaatkan oleh keturunan raja-raja Majapahit untuk mendirikan kerajaan Islam di pulau Jawa yaitu Kerajaan Demak, meskipun masih berada di daerah tersebut.
. Yang tertinggi dapat direduksi menjadi parama kerajaan yang didirikan pada abad ke-7 Hijriyah tanggal 29 Rajab tahun 688 Mujarrad Rasulullah sallallahu alayhi wasallam, tahun 1601 Nusantara dijajah oleh pemerintah Belanda yang datang ke Indonesia.
Secara umum pulau Sumatera memiliki masyarakat melayu yang terbagi dalam beberapa suku/sub suku bangsa. Suku besar lainnya selain Melayu adalah Batak, Bajawa, Minangkabau, Aceh, Lampung, Karo, Nias, Rejang, Komering, Gayo dan suku lainnya. Banyak etnis Tionghoa dan India tinggal di pantai timur Sumatera dan di banyak kota besar seperti Medan, Batam, Palembang, Pekanbaru dan Bandar Lampung. Mata pencaharian masyarakat Sumatera sebagian besar adalah petani, nelayan dan pedagang.
Mayoritas penduduk Sumatera beragama Islam dan sebagian kecil beragama Kristen Protestan, khususnya di daerah Tapanuli dan Toba-Samosir, Sumatera Utara. Di daerah perkotaan seperti Medan, Pekanbaru, Batam, Pangkal Pinang, Palembang dan Bandar Lampung banyak pemeluk agama Buddha.
Tolong Dibantu Yaa Kakak Kakak Ada Gambarnya
Berikut 11 suku terbesar di Sumatera menurut sensus BPS 2010 (meliputi Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Nias, Mentawai, Simeulue dan pulau-pulau sekitarnya)
Kota-kota di Pulau Sumatera dihubungkan oleh empat jalan yaitu Lintas Tengah, Lintas Timur, Lintas Barat dan Lintas Pantai Timur dari arah barat.
Gambar pulau sumatera lengkap, luas wilayah pulau sumatera, peta jalan pulau sumatera, kondisi geografis pulau sumatera berdasarkan peta luas, luas pulau kalimantan, peta indonesia pulau sumatera, luas sumatera, foto peta pulau sumatera, pulau sumatera, peta provinsi pulau sumatera, luas pulau tidung, luas pulau