Lari Jogging 100 Meter Dapat Melatih – Dalam lari cepat, kecepatan adalah salah satu komponen biologis utama lari cepat 100m. Lari 100 meter merupakan bagian dari olahraga yang melibatkan durasi pendek, intensitas, dan pengembangan sistem anaerobik.

Data kecepatan lari 100m sebelum dan sesudah latihan pada kedua kelompok diuji dengan analisis statistik parametrik. Dengan menggunakan uji t berpasangan, diperoleh perbedaan rata-rata kecepatan lari 100m setelah latihan pada masing-masing kelompok dengan nilai p value <0,05.

Lari Jogging 100 Meter Dapat Melatih

Kecepatan lari 100 meter kelompok pertama adalah 17,08 detik sebelum latihan, dan 14,25 detik setelah latihan. 2.838 detik atau = akselerasi 16,70%. Rata-rata kecepatan lari 2 kelompok sebelum latihan adalah 17,04 detik, dan setelah latihan 14,79 detik, peningkatan kecepatannya 2,251 detik atau 13,21%.

Ikut Tantangan Keb 10k Virtual Run, Berani?

Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dengan nilai p<0,05 pada rerata kecepatan lari 100m sebelum dan sesudah latihan pada masing-masing kelompok. Namun ketika menganalisis data uji coba sampel independen, kecepatan latihan kelompok pertama dengan latihan akselerasi lebih cepat 0,587 detik dibandingkan kelompok kedua dengan latihan interval.

Atletik adalah fondasi dari semua olahraga. Karena sebagian besar aksinya adalah milik game lain. Ada empat jenis olahraga atletik, yaitu: lari cepat, lari, lempar, dan lompat. Terdapat enam nomor lari, salah satunya adalah sprint yang kemudian dibagi menjadi tiga jarak yaitu 100m, 200m, dan 400m.

Lari dilakukan dengan kecepatan penuh atau kecepatan maksimal. Dalam lari sprint yang terpenting adalah kecepatan, karena dalam lari sprint diperlukan kecepatan lari yang maksimal untuk memenangkan kejuaraan.

Kecepatan adalah kemampuan untuk menempuh jarak dalam waktu singkat. Menurut definisi tersebut, kecepatan lari dapat diartikan sebagai waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu gerakan lari dalam jarak tertentu.

Inilah Cara Melompat Agar Tinggi Yang Perlu Dipelajari!

Ada berbagai macam latihan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kecepatan lari 100m. Cara meningkatkan kecepatan lari antara lain latihan sprint dan latihan interval. Kedua latihan tersebut merupakan latihan berbasis pengulangan untuk kedua gerakan tersebut. Namun dengan cara yang berbeda.

Baca Juga  Awal Gerakan Pada Saat Memukul Adalah

Ini melibatkan akselerasi bertahap dari joging ke lari cepat, diikuti dengan lari cepat dan lari, diselingi dengan waktu istirahat di setiap latihan.

Komponen lari cepat ini adalah lari, jalan, lari cepat, jalan 1. Lari interval atau latihan interval meliputi lari secepat mungkin, kemudian istirahat dalam interval yang telah ditentukan, lalu lari cepat, lari cepat lagi, dan istirahat. Dalam hal ini, sisanya sedang berjalan.

Sprint 100m memerlukan ketahanan lari singkat selama 2-4 menit, dan sumber energi utama adalah anaerobik, sistem fosfagen, dan sistem laktasi. Untuk lari 100m, sistem energi anaerobik menyumbang 80%, dan sisanya aerobik.

Mengenal Lebih Dalam Olahraga Lari

Latihan anaerobik biasanya merupakan upaya untuk meningkatkan sistem glikosilasi ATP-PC (Adenosine TriphosphatePhosphocreatine) atau sistem asam laktat.

Ada banyak latihan yang mengembangkan sistem latihan ATP-PC untuk meningkatkan performa pada lari 100m, antara lain latihan akselerasi, lari cepat, latihan interval, dan latihan lari cepat. Keempat latihan tersebut menggunakan sumber energi utama, ATP-PC. 3

Penelitian ini merupakan lanjutan dari beberapa penelitian sebelumnya, hanya saja penelitian ini menganut sistem energi yang sama yang dibutuhkan oleh pelaku olah raga dan pelari. Terdapat pula beberapa penelitian yang berjudul “Pengaruh Latihan Intermiten Intermiten Terhadap Peningkatan Kecepatan Sprint 100m dan 200m pada Siswa Sekolah Menengah”.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa latihan interval mampu memberikan kecepatan sprint 1213 detik, yang sebelumnya dicapai dalam waktu 13-14 detik. Kemudian membandingkan latihan sprint dengan latihan repetisi, sebuah penelitian dengan hasil menunjukkan bahwa latihan sprint meningkatkan kecepatan lari 100m lebih banyak dibandingkan latihan repetisi. 4

Tips Bagi Pemula Yang Ingin Coba Lari Jarak Menengah Ala Anggita Salsabila

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa SMA. Pada usia ini, mereka memasuki masa pubertas, dan masa pubertas pada anak laki-laki dimulai pada usia 12 tahun dan berakhir pada usia 20 tahun. Ini adalah waktu terbaik untuk mengembangkan kinerja fisik yang optimal.

Masa ini merupakan masa pertumbuhan yang kompleks dan ditandai dengan perkembangan biologis yang kompleks. Perkembangan yang paling menonjol pada periode ini adalah kekuatan, kecepatan dan daya tahan kardiovaskular.

Saat jaringan otot tumbuh lebih cepat, kekuatan meningkat. Pertumbuhan otot yang cepat dan latihan yang tepat dapat meningkatkan kekuatan, kecepatan, dan daya tahan. 5

Baca Juga  Sebutkan Keuntungan Yang Dimiliki Indonesia Karena Terletak Dekat Selat Malaka

SMA Negeri 1 Kuta Selatan dan SMA Negeri 2 Kuta merupakan sekolah menengah atas yang ada di kabupaten Badung. Sekolah memiliki mata pelajaran tambahan di bidang atletik seperti lari, namun para siswa tersebut masih kurang mendapatkan pelatihan yang tepat untuk meningkatkan kecepatan larinya.

Rpp Daring Kelas 4 Aktivitas Kebugaran Jasmani Pages 1 14

Sejauh ini peningkatan kecepatan lari belum memenuhi kriteria keikutsertaan dalam kompetisi. Hal ini menjadi dasar pengambilan sampel peneliti terhadap kedua sekolah tersebut.

Berdasarkan hal-hal di atas dan penelitian-penelitian sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk mengembangkan lebih lanjut, membandingkan kedua penelitian tersebut dan mengubah beberapa teknik dalam penelitian untuk meningkatkan kecepatan lari 100m sebagai pengganti latihan interval pada siswa SMA di daerah Badung. . “

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan desain post-test two-group design. Terdapat dua kelompok sampel yang akan diteliti, yaitu kelompok perlakuan pertama yang mendapat perlakuan berupa latihan lari cepat, dan kelompok perlakuan kedua yang mendapat perlakuan berupa latihan interval.

Populasi sasaran penelitian ini adalah siswa peserta kursus atletik di SMA N 1 Kuta Selatan dan SMA 2 Kuta. Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 20 orang yang dibagi menjadi dua kelompok perlakuan.

Interval Training Bagi Seorang Marathoner

Instrumen yang digunakan untuk mengukur kecepatan lari per detik, timbangan berat badan dalam kilogram, tinggi sampel dalam sentimeter, titik untuk mencatat hasil pengukuran, kamera untuk mencatat hasil penelitian, dan komputer untuk menyimpan dan mengolah hasil penelitian.

Perangkat lunak komputer digunakan untuk menganalisis data, dan beberapa uji statistik dilakukan, seperti uji normalitas Shapiro-Wilk, uji homogenitas Levene, uji T berpasangan untuk menguji hipotesis kelompok pertama dan kedua, dan uji independensi kelompok perlakuan. sampel uji T. – Uji kelompok satu dan dua kelompok perlakuan untuk menguji hipotesis dan membandingkan keduanya.

Hasil Penelitian Setelah mendeskripsikan sampel sesuai dengan karakteristik sampel, maka dilakukan analisis terhadap hasil penelitian. Sampel yang digunakan adalah laki-laki. Karakteristik sampel meliputi umur, berat badan, tinggi badan, dan indeks massa tubuh.

Berdasarkan Tabel 1 di atas, rata-rata umur subjek penelitian pada Kelompok 1 adalah 16,30 tahun, rata-rata berat badan 56,20 kg, rata-rata tinggi badan 165,70, dan rata-rata IMT 20,46 kg. Untuk kelompok 2, umur 16,30, rata-rata berat badan 55,00, tinggi badan 165,5, dan rata-rata BMI 20,07. Artinya sampel yang digunakan memiliki BMI normal.

Baca Juga  Lemparan Bola Melambung Digunakan Untuk

Olahraga Yang Bisa Kamu Lakukan Di Rumah!

Berdasarkan uji normalitas dan homogenitas sampel diperoleh p-value sebelum latihan akselerasi sebesar 0,28, setelah pelatihan sebesar 0,162, dan p-value sebelum latihan interval sebesar 0,102, setelah pelatihan sebesar 0,735. Data tersebut dikatakan berdistribusi normal. . Untuk uji homogenitas sampel diperoleh nilai p sebelum pelatihan sebesar 0,988 dan setelah pelatihan sebesar 0,258. Data dikatakan penting karena nilainya.

Uji hipotesis perlakuan kelompok pertama digunakan untuk menentukan perbedaan atau efek pelatihan terhadap peningkatan kecepatan lari 100 m menggunakan uji-t berpasangan.

Berdasarkan hasil uji hipotesis pada Tabel 4 diperoleh nilai selisih sebelum dan sesudah pelatihan sebesar 2,83 detik yang diperoleh juga dengan nilai p = 0,000 yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada nilai rata-rata lari. Kecepatan. 100 meter.

Uji hipotesis perlakuan kelompok pertama digunakan untuk menentukan perbedaan atau efek pelatihan terhadap peningkatan kecepatan lari 100 m menggunakan uji-t berpasangan.

Deskripsikan Keadaan Muka Bumi Salah Satu Pulau Besar Di Indonesia

Berdasarkan hasil uji hipotesis pada tabel 5 diperoleh nilai selisih sebelum dan sesudah pelatihan sebesar 2,25 detik yang diperoleh juga dengan nilai p = 0,000 yang menunjukkan terdapat perbedaan nilai mean yang signifikan. dari pelarian. Kecepatan. 100 meter.

Analisis uji hipotesis antara kelompok perlakuan 1 dan kelompok perlakuan 2 digunakan untuk mengetahui perbedaan skor antara kedua kelompok. Perbandingan dua sampel dilakukan dengan menggunakan uji t sampel independen.

Berdasarkan hasil uji perbandingan standardized pair t-test pada kelompok pertama yang diberikan latihan sprint, rata-rata kecepatan lari 100 meter sebelum latihan adalah 17,08 detik dan standar deviasinya adalah 0,68 setelah latihan. 14,25 detik, standar deviasi 0,15, dan selisih sebelum dan sesudah latihan sebesar 2,83, diperoleh pula p = 0,000 yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada nilai rata-rata kecepatan 100 meter sebelum dan sesudah latihan sprint. .

Pelatihan sprint adalah jenis pelatihan yang didasarkan pada 90% sistem energi ATP-PC dan LA, 5% LA dan O2, dan 5% O2 (Fox, 1992). Latihan ini sangat cocok untuk pemula, karena komponen latihan yang digunakan sebagai latihan diawali dengan jogging (slow jogging), yaitu aktivitas yang tidak mempengaruhi kecepatan lari.

Adit, Atlet Lari Tuna Netra Asal Plosoklaten Yang Berprestasi Tingkat Jawa Timur

Kemudian langkah cepat (langkah maju), langkah cepat ini untuk melatih bentuk dan panjang kaki, yang sangat penting dan sangat efektif untuk kecepatan lari seseorang.

Jenis aktivitas lainnya adalah aktivitas cepat, dan jenis aktivitas ini berdampak besar pada waktu reaksi sederhana, kecepatan tertinggi, dan kekuatan otot kaki, sehingga sangat efektif.

Rekor lari 100 meter, lari jarak 100 meter, lomba lari 100 meter, lapangan lari 100 meter, lari dapat melatih kekuatan otot, lari 12 menit dapat melatih, sepatu lari 100 meter, lari cepat 100 meter, latihan yang dapat melatih kecepatan adalah lari, lari 100 meter termasuk lari jarak, materi lari 100 meter, lari 100 meter menggunakan start