Bukti Penyebaran Agama Islam Di Nusantara Dilakukan Secara Damai Adalah – Kontributor: Ilham Choirul Anwar, – 1 September 2022 10:30 WIB | Diperbarui 3 September 2022 21:18 WIB

Terdapat beberapa teori mengenai masuknya Islam ke Indonesia, antara lain Teori Gujarat, Teori Arab, Teori Persia, dan Teori Cina.

Bukti Penyebaran Agama Islam Di Nusantara Dilakukan Secara Damai Adalah

Ada beberapa teori mengenai masuknya ajaran Islam ke Indonesia. Agama Islam masuk ke wilayah kepulauan Indonesia melalui perjalanan yang panjang dan dibawa oleh umat Islam dari berbagai belahan dunia. Saat ini, Indonesia merupakan negara dengan populasi umat Islam terbesar di dunia.

Penyebaran Islam Di Indonesia: Tahun Masuk, Teori Penyebaran, Bukti Dan Pengaruh Penyebarannya

Menurut beberapa teori yang ada, ajaran Islam masuk ke Indonesia melalui orang-orang dari berbagai bangsa. Ada pula yang datang ke Nusantara untuk berdagang sambil berdakwah. Ada pula ulama atau ahli agama yang datang ke nusantara untuk menyebarkan ajaran Islam.

Selain perdebatan dan diskusi yang muncul kemudian, empat teori terkait masuknya Islam di Indonesia antara lain Teori India (Gujarat), Teori Arab (Mekah), Teori Persia (Iran) dan Teori Cina.

Teori Masuknya Islam ke Indonesia: Teori India (Gujarat) Teori yang diciptakan oleh G.W.J. Drewes yang kemudian dikembangkan oleh Snouck Hugronje, J. Pijnapel, W. F. Sutterheim, J. P. Moquette, hingga Sucipto Wirjosuparto meyakini Islam masuk ke nusantara melalui para pedagang dari Gujarat, India, pada abad ke-13 Masehi.

Para saudagar asal Gujarat melewati Selat Malaka dan melakukan kontak dengan penduduk lokal di bagian barat nusantara, yang kemudian melahirkan Kesultanan Samudera Pasai sebagai kerajaan Islam pertama di Indonesia.

Jaringan Islam Di Nusantara Dan Perdagangan Antar Pulau

Salah satu bukti yang mendukung teori tersebut adalah ditemukannya makam Malik As-Saleh yang berusia 1297. Nama asli Malik As-Saleh sebelum masuk Islam adalah Marah Silu. Beliau merupakan pendiri Kesultanan Samudera Pasai di Aceh.

(2009) karya Uka Tjandrasasmita, mood batu nisan Sultan Malik As-Saleh sama dengan mood batu nisan di Gujarat. Apalagi hubungan dagang antara nusantara dan India sudah terjalin sejak lama.

Baca Juga  Saat Melakukan Back Up Posisi Tubuh Ialah

Batu nisan lainnya juga ditemukan di pantai utara Sumatera pada tanggal 17 Dzulhijjah 831 H atau 27 September 1428 M. Makam ini memiliki batu nisan serupa yang berasal dari Cambay, Gujarat, dan juga merupakan batu nisan makam Maulana Malik Ibrahim, salah satu Walisongo. . , yang meninggal pada tahun 1419.

Sesuai dengan namanya, Teori Gujarat menyebutkan bahwa proses masuknya Islam ke Indonesia berasal dari Gujarat pada abad ke-7 Hijriah, atau abad ke-13 Masehi. Gujarat berada di India bagian barat dan berbatasan dengan Laut Arab.

Sejarah Kedatangan Islam Di Indonesia Hingga Peran Dakwah Para Ulama

Sarjana Belanda J. Pijnapel dari Universitas Leiden adalah orang pertama yang mengemukakan teori ini pada abad ke-19. Menurut Pijnapel, orang Arab yang tergabung dalam mazhab Syafi’i tinggal di Gujarat dan Malabar sejak awal Hijrah (abad ke-7 M). Namun yang menyebarkan Islam di Indonesia, menurut Pijnapel, bukanlah orang Arab secara langsung, melainkan pedagang dari Gujarat yang masuk Islam dan berdagang dengan dunia timur, termasuk nusantara.

Belakangan dalam perkembangannya, pendapat Pijnapel dianut dan disebarkan oleh orientalis terkemuka Belanda, Snouck Hurgronje. Menurutnya, hal tersebut sudah terkandung

Masyarakat Gujarat membuka hubungan dagang dengan Indonesia sebelum para pedagang Arab. Menurut Hurgronje, kedatangan bangsa Arab terjadi belakangan. Orang-orang Arab yang datang kebanyakan adalah keturunan Nabi Muhammad SAW yang menggunakan gelar “sayid” atau “syarif” sebelum namanya.

Selain Hurgronje, pada tahun 1912, J.P. Moquetta membenarkan Teori Gujarat dengan bukti dari batu nisan Sultan Malik Al-Saleh yang wafat pada tanggal 17 Dzulhijjah 831 H/1297 M di Pasai, Aceh.

Sejarah Perkembangan Masuknya Islam Di Sumatera

Menurut Moquetta, batu nisan di Pasai dan makam Maulan Malik Ibrahim yang wafat tahun 1419 di Gresik, Jawa Timur, bentuknya sama dengan batu nisan di Kambay Gujarat.

Moquetta akhirnya menyimpulkan bahwa batu nisan tersebut didatangkan dari Gujarat, atau setidaknya dibuat oleh orang Gujarat atau orang Indonesia yang mempelajari kaligrafi Gujarati. Alasan lainnya adalah kesamaan aliran Syafi’i yang dianut masyarakat Muslim di Gujarat dan Indonesia.

Pendapat Moquetta didukung oleh ulama lain seperti: Kern, Winstedt, Bousquet, Vlekke, Gonda, Schrieke dan Hall. Mereka sependapat dengan Moquette, mengingat Gujarat adalah tempat masuknya Islam ke nusantara, tentunya dengan beberapa tambahan.

Namun, Teori Gujarat tidak lepas dari kritik. Argumen Moquette, misalnya, ditentang oleh S.Q. Fatima. Ia menilai, mengaitkan seluruh batu nisan di Pasai, termasuk yang ada di makam Maulana Malik al-Saleh, dengan Gujarat adalah salah.

Teori Dan Strategi Masuknya Islam Di Indonesia

(2009), bentuk dan corak batu nisan Malik la-Saleh sangat berbeda dengan batu nisan yang terdapat di Gujarat maupun batu nisan lain yang terdapat di nusantara. Fatimi meyakini, bentuk dan corak batu nisan sebenarnya sama dengan batu nisan yang ditemukan di Benggala. Oleh karena itu, Fatimi menyimpulkan, semua batu nisan hampir pasti berasal dari Benggala.

Baca Juga  Identifikasi Ragam Material Dan Teknik Produksi Di Lingkungan Sekitar

Teori Arab (Mekah) Teori kedatangan Islam di Indonesia selanjutnya diyakini berasal dari Timur Tengah, khususnya Arab. Teori Arab (Mekah) ini didukung oleh J.C. van Leur, Anthony H.Johns, TW. Arnold, untuk Abdul Malik Karim Amrullah atau Buya Hamka.

Bukti yang dikemukakan Hamka adalah sebuah naskah kuno asal Tiongkok yang menyatakan bahwa sekelompok bangsa Arab pernah menetap di pantai barat Sumatera pada tahun 625 M. Di daerah yang pernah dikuasai Kerajaan Sriwijaya dahulu kala. Ditemukan juga nisan dengan nama Syekh Rukunuddin yang wafat pada tahun 672 Masehi.

Teori dan bukti yang disampaikan Hamka didukung oleh T.W. Arnold menyatakan pedagang Arab cukup dominan dalam kegiatan komersial nusantara.

Menelusuri Penyebaran Islam Di Lombok Dari Buku Karya Dr Jamaluddin (1)

Beberapa pedagang Arab ini kemudian menikah dengan penduduk setempat dan membentuk komunitas Islam. Bersama-sama mereka melakukan kegiatan dakwah Islam di berbagai wilayah nusantara.

Teori Persia (Iran) Teori masuknya ajaran Islam ke nusantara dari Persia (atau daerah yang kemudian menjadi Iran) pada abad ke-13 M didukung oleh Umar Amir Husen dan Husein Djajadiningrat.

Abdurrahman Misno dalam Penerimaan Melalui Modifikasi Seleksi: Antropologi Hukum Islam di Indonesia (2016) menulis: Djajadiningrat berpendapat bahwa tradisi dan budaya Islam di Indonesia mempunyai kemiripan dengan Persia.

Salah satu contohnya adalah seni kaligrafi ukir pada batu nisan bermotif Islami yang ada di nusantara. Ada juga budaya

Sejarah Nusantara Pada Era Kerajaan Islam

Namun ajaran Islam yang berasal dari Persia paling disukai oleh kaum Syi’ah. Kemiripan tradisi ini sama dengan ritual Syiah di Persia yang kini mengacu pada negara Iran.Teori ini agak lemah karena mayoritas umat Islam di Indonesia adalah Sunni.

Teori Cina Penyebaran Islam di Indonesia juga diyakini berasal dari Tiongkok. Ajaran Islam berkembang di Tiongkok pada masa Dinasti Tang (618-905 M), dibawa oleh panglima khilafah Islam di Madinah pada masa Khalifah Ustman bin Affan yaitu Saad bin Abi Waqqash. Guangzhou dulunya merupakan pusat dakwah umat Islam dari Tiongkok.

Mengatakan bahwa kontak pertama antara Muslim Arab dan Tiongkok terjadi pada tahun 713 M. Islam diyakini masuk ke nusantara bersamaan dengan migrasi orang Tionghoa ke Asia Tenggara. Mereka memasuki wilayah Sumatera bagian selatan di Palembang pada tahun 879 atau abad ke-9 Masehi.

Bukti lainnya adalah banyaknya pendakwah Islam keturunan Tionghoa yang memberikan pengaruh besar pada Kesultanan Demak, kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa, seiring dengan runtuhnya Kerajaan Majapahit pada abad ke-13 Masehi. Beberapa di antaranya disebut Wali Songo. .

Teori Masuknya Islam Ke Indonesia: Sejarah Dan Penjelasannya

Yang ditulis oleh Nana Supriatna, terungkap bahwa Kesultanan Demak didirikan oleh Raden Patah, putra Raja Majapahit dari seorang wanita asal Tiongkok yang masuk Islam. Raden Patah yang bernama Cina Jin Bun memimpin Demak dan Wali Songo sejak tahun 1500 M. Pengertian warga negara dan penduduk dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Hukum Dasar dan Tata Cara Penyelenggaraan Upaya Bela Negara Apa itu OJK (Otoritas Jasa Keuangan)? Apa itu Kedaulatan? Jenis, sifat dan teori unsur-unsur Negara: wilayah, rakyat, pemerintahan dan pengakuan negara lain

Baca Juga  Kentang Termasuk Tanaman Jenis Umbi

Penyebaran Islam di Indonesia – Indonesia dikenal sebagai negara multikultural. Padahal, sejak lama masyarakat Indonesia tidak tertutup oleh masuknya budaya lain, termasuk ajaran Islam. Sejarah penyebaran Islam di Indonesia mempunyai jalur yang sangat panjang dan menarik untuk ditelusuri.

Sebagai agama dengan jumlah pemeluk agama terbesar, ajaran Islam yang damai berhasil diserap oleh berbagai kalangan. Sejarah umat Islam juga ditulis dalam berbagai sumber, antara lain teks perjalanan, buku-buku kuno, serta puisi dan lagu kuno.

Nenek moyang orang Indonesia diyakini menganut animisme dan dinamisme. Faktanya, bukti dari kedua keyakinan tersebut masih dapat diapresiasi hingga saat ini. Sejarawan Thomas Walker Arnold mengatakan awal masuknya ajaran Islam di Indonesia dimulai pada abad ke-7 atau ke-8 Masehi melalui jalur perdagangan.

Laksamana Cheng Ho: Ekspedisi Dan Penyebaran Islam Di Nusantara Pada Abad Ke 14

Ada pula yang mengatakan bahwa Islam mulai menyebar secara besar-besaran pada abad ke-16 di sekitar Selat Malaka. Selat Malaka yang saat itu merupakan pusat jalur perdagangan sering dikunjungi oleh para pedagang Persia, Arab, dan Gujarat ketika mereka menyebarkan agama Islam.

Bukti awal masuknya Islam juga ditemukan pada batu nisan yang bertuliskan kalimat ala Arab. Nisan ini diyakini ditulis sekitar tahun 475 Hijriah atau 1082 Masehi. Bukti lain yang dianggap akurat dapat dilihat pada catatan perjalanan Marco Polo dalam perjalanan pulang ke Tiongkok.

Pada tahun 1292 M, Marco Polo menulis bahwa ia singgah di sebuah kota yang penuh dengan orang Gujarat dan Arab yang sedang menjelaskan agama. Kemudian, penemuan batu nisan dan tahun 696 Hijriah atau 1297 M konon milik Sultan Malik Al-Saleh, raja Samudera Pasai.

Berdasarkan bukti dari catatan perjalanan Marco Polo, banyak ahli sejarah yang meyakini bahwa tempat penyebaran Islam pertama kali adalah di Pulau Sumatera. Letaknya tepat di dekat Selat Malaka tempat para pedagang dari seluruh dunia singgah di jalur niaga tersibuk saat itu.

Wapauwe, Masjid Kuno Peninggalan Islam Yang Tak Lekang Oleh Waktu

Secara umum, ada 3 teori penyebaran Islam yang paling dikenal saat ini. Masing-masing teori menegaskan cara penyebaran Islam yang berbeda berdasarkan imigran dari negara-negara Muslim yang sebagian besar terlibat dalam perdagangan. Berikut penjelasan singkat ketiga teori tersebut:

Teori Gujarat telah dikemukakan oleh beberapa sejarawan Belanda seperti Pean Pera, Jan Pijnapple dan Snouck Hurgronje. Konon Islam pertama kali disebarkan oleh para pedagang dari Gujarat atau India saat melakukan transaksi.

Orang India telah dikenal sebagai aktivis perdagangan sejak zaman dahulu. Tekad untuk menjual melalui Jalur Sutra

Penyebaran agama budha di indonesia, syarat nikah secara agama islam, peta penyebaran agama di indonesia, yesus di agama islam, agama islam adalah, nikah secara agama islam, cara cerai secara agama islam, penyebaran agama katolik di indonesia, aqiqah di dalam agama islam disyariatkan, bukti nikah secara agama, agama paling damai di dunia, agama islam di china