Bangsa Indonesia Bangga Atas Terselenggaranya Konferensi Asia-afrika Karena – Peran Indonesia dalam Konferensi Asia-Afrika (AAC) merupakan indikasi implementasi politik luar negeri dan kebijakan diplomasi Indonesia.

Ini adalah Undang-Undang Dasar 1945 IV. Hal itu sejalan dengan pasal yang menyatakan bahwa rakyat Indonesia ikut serta dalam mewujudkan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Bangsa Indonesia Bangga Atas Terselenggaranya Konferensi Asia-afrika Karena

Bebas artinya rakyat Indonesia tidak berpihak pada blok (kekuasaan) manapun. Aktif berarti bangsa Indonesia berusaha sebaik mungkin untuk menjaga perdamaian dunia.

Gelar Bimtek E Commerce, Kemenkop Ukm Dorong Pelaku Umkm Lakukan Digitalisasi

Indonesia memainkan peran yang sangat penting dalam menjadi tuan rumah Konferensi Asia-Afrika (KKA). Secara umum, Indonesia memiliki 4 peran utama, antara lain:

Untuk lebih memahami peran Indonesia sebagaimana disebutkan di atas, kami akan mengulasnya lebih detail di bawah ini

KAA dibentuk oleh 5 negara yaitu india, India, Pakistan, Burma (sekarang Myanmar) dan Sri Lanka. Indonesia merupakan salah satu negara yang berinisiatif membuat KAA bersama lima negara lainnya.

Indonesia juga telah mengikuti dua konferensi sejak KAA diadakan. Konferensi termasuk konferensi Kolombo dan konferensi Bogor.

Filateli Ku: April 2015

Musyawarah yang dianggap sebagai cikal bakal KAA ini juga dikenal sebagai Musyawarah Panja Negara I. Perwakilan dari 5 negara ikut serta dalam konferensi ini.

Para kepala pemerintahan hadir untuk menjalin hubungan kerjasama dan membahas situasi di kawasan Indochina, serta di Asia dan Afrika.

Saat itu, ia diwakili oleh Perdana Menteri Indonesia yang menganut sistem pemerintahan parlementer. Maka pada tahun 1954, pemerintahan Indonesia dipimpin oleh Perdana Menteri.

Konferensi Bogor, juga dikenal sebagai Konferensi Panja Negara Kedua, diadakan di Bogor dari tanggal 18 sampai 31 Desember 1954.

Buku Pedoman Pramuka Penegak

Pertemuan ini diadakan untuk mematangkan rencana Konferensi Asia-Afrika (AAC) di Indonesia. Keputusan berikut diambil pada konferensi ini.

Misi Indonesia selanjutnya adalah menjadi tuan rumah Konferensi Asia Afrika. Hal itu terjadi karena dua konferensi sebelumnya telah menyepakati KAA di Bandung.

Baca Juga  Perintah Menutup Aurat Sesungguhnya Adalah Perintah Allah Swt Yang Dilakukan

Konferensi Asia Afrika pertama diadakan pada tanggal 18 hingga 24 April 1955 di Gedung Merdeka, Bandung, Indonesia.

KAA pertama ini menciptakan Sepuluh Prinsip Bandung, sebuah upaya 10 poin untuk mempromosikan perdamaian dan kerja sama dunia. 10 poin dari Sepuluh Prinsip Bandung adalah:

Media Indonesia 7 Juli 2022

Sepuluh prinsip ini merupakan komitmen bersama negara-negara peserta konferensi pertama ini. Sepuluh perintah ini sejalan dengan Pancasila dan nilai-nilai politik luar negeri Indonesia.

Para kepala negara dari kawasan Asia-Afrika diundang untuk mengikuti pertemuan yang didedikasikan untuk peringatan 50 tahun pertemuan KAA yang bersejarah pada tahun 1955 itu.

Konferensi Asia Afrika diselenggarakan pada 19-23 April 2015 di Jakarta dan pada 24 April 2005 di Bandung. Beberapa pertemuan dilakukan di tempat yang sama dengan pertemuan KAA 1955, yaitu Gedung Merdeka.

NAASP diharapkan dapat menciptakan masa depan yang lebih baik bagi Afrika dan Asia secara keseluruhan berdasarkan kemandirian kolektif. Serta menjamin terciptanya lingkungan internasional yang berpihak pada kepentingan bangsa Asia dan Afrika.

Rakyat Merdeka 20 Maret 2022

KAA 2015 merupakan pertemuan ke-60. KAA diselenggarakan pada tanggal 19-23 April 2015 di Jakarta dan 14 April 2015 di Bandung.

89 kepala negara di kawasan Asia-Afrika, 17 negara pengamat, 20 organisasi internasional, 1426 perwakilan media lokal dan asing telah mengikuti konferensi tersebut.

Indonesia juga bertindak sebagai panitia penyelenggara Konferensi Asia-Afrika. Berikut tokoh-tokoh Indonesia yang menjadi pengurus KAA.

Mereka berperan besar dalam mensukseskan konferensi Asia-Afrika pertama yang diselenggarakan di Indonesia. Tanpa kontribusi dari tokoh-tokoh tersebut, mungkin konferensi ini tidak akan berhasil.

Media Indonesia 17 Des 2021

Pembangunan museum ini dimulai pada tahun 1980 saat rapat Panitia HUT ke-25 Konferensi Asia Afrika untuk melanggengkan Konferensi Asia Afrika. Berpartisipasi dalam pertemuan Prof. Dr. Haryati Soebadio (Dirjen Kebudayaan) sebagai perwakilan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Ide membangun museum mendapat sambutan baik, termasuk oleh Soeharto yang merupakan Presiden Republik Indonesia saat itu. Selain itu, ide ini diimplementasikan oleh Joop Ave, ketua harian Panitia Perayaan HUT ke-25 Konferensi Asia Afrika.

Joop Avek bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Protokol dan Konsuler Kemlu, Pemerintah Daerah Tingkat I Provinsi Jawa Barat dan Universitas Padjadjaran.

Sebagai perencana dan pelaksana teknis dilaksanakan oleh PT. Mantap, Bandung. Kemudian, pada 24 April 1980, Presiden Soeharto meresmikan Museum Konferensi Asia Afrika.

Icsc Ugm 2018: Kependudukan & Kebijakan Sosial Di Tengah Kekacauan Dunia

Setelah mengalami berbagai peran penting di atas, kita patut berbangga dengan bangsa kita. Indonesia memiliki peran yang sangat penting untuk menyukseskan Konferensi Asia-Afrika.

Baca Juga  Yang Bukan Gerakan Menangkap Bola Rounders Di Bawah Ini Adalah

Iqbal tergabung dalam Tim Olimpiade Geografi Indonesia (TOGI) dan meraih medali emas di iGeo 2017 Serbia, ketua tim di iGeo 2018 Quebec dan menjadi juri di OSN 2019 Manado. Kini, Iqbal melanjutkan kuliah di program pendidikan Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Bandung Bandung – Konferensi Asia Afrika (KAA) diselenggarakan di Bandung pada 18-24 April 1955. Pertemuan internasional terbesar pada masanya. banyak pemimpin dunia ada di sana.

Gedung Merdeka, Bandung, 24 April 1955, Pemandangan Konferensi Asia Afrika (KAA). Konferensi Asia Afrika yang diselenggarakan pada tanggal 18-24 April 1955 merupakan salah satu peristiwa bersejarah yang diselenggarakan di Indonesia. Bandung, Jawa Barat. (Dok. Arsip Nasional RI via unesco.org).

Beberapa pemimpin dunia berpartisipasi dalam salah satu pertemuan internasional terbesar pada masanya. Sebelum peluncuran KAA, berbagai kawasan di Bandung, seperti Bandara Hussain Sastranegara, telah dihiasi dengan bendera berbagai negara peserta KAA. Visi bandara diambil pada 15 April 1955. (Dok. Arsip Nasional RI via unesco.org).

Peran Indonesia Dalam Konferensi Asia Afrika

Potret pengamanan di sekitar gedung yang akan menjadi tuan rumah Konferensi Asia Afrika (KAA) Jabar di Bandung. Diketahui, KAA diikuti oleh 29 negara dan dipimpin oleh negarawan dari berbagai negara seperti Ali Sastroamidjojo (india), Muhammad Ali Bogra (Pakistan), Jawaharlal Nehru (India), Sir John Kotelawala (Sri Lanka). ) dan U Nu (Burma/Burma). (Dok. asianafricanmuseum.org).

Delegasi dari berbagai negara peserta Konferensi Asia Afrika terlihat berjalan menuju gedung Merdeka pada 20 April 1955. Setelah Perang Dunia Kedua, pertemuan internasional ini diselenggarakan untuk mendukung perjuangan dan mendorong terwujudnya kemerdekaan. untuk negara-negara yang masih tunduk pada kolonialisme. Selanjutnya, KAA lahir untuk menciptakan solidaritas dan persatuan di tengah Perang Dingin antara Blok Barat dan Blok Timur. (Dok. Arsip Nasional RI via unesco.org).

Salah satu tokoh dunia yang ikut serta dalam Konferensi Asia Afrika yang diadakan di Bandung (Jawa Barat) pada tahun 1955 adalah potret Zhou Enlai, Ketua Delegasi Republik Rakyat Tiongkok, yang juga menjabat sebagai Perdana Menteri Tiongkok. (Dok. Arsip Nasional RI via unesco.org).

Pada tanggal 20 April 1955 para delegasi mengadakan Sidang Paripurna Bidang Perekonomian pada Konferensi Asia Afrika di Gedung Merdeka Bandung. Berbagai isu dibahas dalam pertemuan internasional tersebut. Pembahasan terkait kerjasama negara-negara Asia dan Afrika di bidang sosial, ekonomi dan budaya, termasuk membantu melawan imperialisme, serta partisipasi aktif dalam penciptaan perdamaian dunia. (Dok. Arsip Nasional RI via unesco.org).

B. Indonesia (2) Hamdiatul Uzma (204200061)

Dalam pertemuan selama 8 hari tersebut, dihasilkan 10 prinsip yang dikenal dengan Sepuluh Prinsip Bandung. Beberapa poin yang terkandung dalam Sepuluh Prinsip Bandung adalah penghormatan terhadap hak asasi manusia dan tujuan serta prinsip yang terkandung dalam Piagam PBB, campur tangan atau non-campur tangan urusan dalam negeri negara lain, dan tindakan atau ancaman ekstrateritorial. penggunaan kekerasan dan integritas politik negara. (Dok. asianafricanmuseum.org).

Baca Juga  Faktor Dari 48 Adalah

Delegasi Pemantau Palestina, Mufti Amien El Husaini, berbicara dengan Perdana Menteri Republik Rakyat China, Zhou Enlai, saat menghadiri Konferensi Asia Afrika 1955, Gedung Merdeka, Bandung. Beberapa poin lain dalam Sila Bandung menghormati kedaulatan keutuhan wilayah semua bangsa, mengakui persamaan semua suku bangsa dan persamaan semua bangsa besar dan kecil, serta menyelesaikan semua perselisihan internasional secara damai, seperti melalui perundingan, perjanjian . , arbitrasi atau cara damai lainnya. Atas pilihan pihak yang berkepentingan, menurut Piagam PBB. (Dok. Arsip Nasional RI via unesco.org).

Potret Gala Dinner yang diselenggarakan sebagai bagian dari Konferensi Asia-Afrika di Hotel Savoy Homann Bandung pada 19 April 1955. Keberhasilan Konferensi Asia Afrika di Bandung menarik perhatian internasional. Saat itu, KAA Sastroamidjojo juga disebut-sebut sebagai salah satu prestasi Kabinet Agung. (Dok. Arsip Nasional Republik Indonesia via unesco.org) Konferensi Asia-Afrika (AAC) adalah konferensi antara negara-negara Asia dan Afrika yang diselenggarakan pada tanggal 18-24 April 1955 di Bandung. Tujuan dari konferensi ini adalah penguatan negara-negara Asia dan Afrika, khususnya pertahanan kedaulatan masing-masing negara Asia dan Afrika, serta upaya melawan rasisme dan imperialisme.

KAA juga merupakan cara merespon pecahnya Perang Dingin, pengembangan nuklir dan kegagalan PBB dalam menyelesaikan berbagai masalah di seluruh dunia. Konferensi ini awalnya diadakan atas prakarsa 5 orang dari lima negara yang berbeda. Siapa mereka?

Pkn Kelas 12 Pdf

Perwakilan Sri Lanka ini adalah seorang militer, politikus, dan Perdana Menteri Sri Lanka yang menjabat dari tahun 1953 hingga 1956. Dalam forum Colombo Conference ia mendorong negara-negara Asia dan Afrika untuk membicarakan masalah negaranya. Setelah itu, Konferensi Asia-Afrika akhirnya digelar.

Pada acara KAA, John Kotelawala memberikan pidato mengkritik kepemilikan senjata nuklir oleh negara-negara barat. Ia juga mengajak para anggota KAA untuk turut serta menjaga perdamaian dunia.

U Nu adalah Perdana Menteri Myanmar dan menjabat selama 3 periode, yaitu 1948-1956, 1957-1858 dan 1960-1962. Ia juga seorang penulis dan penulis yang telah menerbitkan beberapa novel. Dia saat itu adalah teman mantan Sekretaris Jenderal PBB U Tan.

Tokoh ini dikenal sebagai Founding Father Pakistan. Julukan ini diperoleh Pakistan saat memperoleh kemerdekaan dari India yang saat itu masih menjadi jajahan Inggris. Ia juga terlibat dalam perlindungan dan promosi hak-hak politik dan kepentingan umat Islam di Pakistan dan India. Kecuali untuk memulai

Pengibaran 109 BenderĂ  Kaa Sebagai Bukti Sejarah Diplomasi

Museum konferensi asia afrika, tanggal konferensi asia afrika, pelopor konferensi asia afrika, sejarah konferensi asia afrika, lambang konferensi asia afrika, gedung konferensi asia afrika, konferensi asia afrika 1955, konferensi asia afrika dilaksanakan pada tanggal, tujuan konferensi asia afrika, hasil konferensi asia afrika, makalah konferensi asia afrika, negara yang mengikuti konferensi asia afrika