Apa Itu Burok – Tidak seperti biasanya, pagi ini, setelah memarkir sepeda kesayangannya, Roro datang ke sekolah dengan wajah cemberut. Dia duduk di belakang sekolah. Matanya menatap kosong pada hamparan sawah yang tak berujung. Saat bel berbunyi, langkahnya tidak bergerak. Sepertinya ada perang yang terjadi di kepalanya, yang pagi ini tidak mempedulikannya. Geeta yang duduk di bangku bersama Roro terlihat bingung dengan kondisi tetangganya. Dia ingin menyapanya tapi Geeta takut merusak mood Roro, dia berniat untuk tetap diam meski dia tidak bisa diam.

“Makan siang apa yang akan kamu bawa hari ini???” tanya Geetha memulai pembicaraan di sela-sela istirahat. “Aku tidak membawa bekela bajingan itu,” bentak Roro. “tumben ro kenapa begitu?” tanya Geeta yang sejak pagi tertarik dengan tingkah cemberut Roro. “Kakakku gugup pagi ini, jadi ibuku tidak punya waktu untuk memasak sarapan untukku,” jawab Roro.

Apa Itu Burok

Apakah Abdul sakit? tanya Geeta cemas. Abdul adalah adik Roro yang manis dan menyenangkan. Dia sudah berumur lima tahun. Beda dua tahun dengan Roro yang kini duduk di bangku kelas dua sekolah dasar.

Memperingati Perjalanan Rasul Saw

Roro menganggukkan kepalanya. “Abdul demam sejak subuh,” jawabnya singkat tanpa memandangnya. “Dia demam karena dia selalu memikirkan bagaimana dia bisa mendapatkan burqa ketika dia disunat. Itu mimpi yang sering dia ceritakan ke saya, sampai sekarang ketika saya pergi, dia masih mengigau..burok.. Saya sedih memikirkan Abdul, sedih juga melihat ibu saya, “kata Roro” Oke ayo kita makan sama aku, kebetulan ibuku membawakan aku lagi, nanti kita pikirkan bagaimana membuat burok untuk adikmu ketika dia disunat” kata Geetha mencoba menghibur Roro. Sedikit, Roro setuju untuk makan bersamanya.

Duduk di belakang sekolah memang tempat favoritnya, setelah makan dia duduk sendiri melihat sawah yang mulai menguning. Pikirannya masih tertuju pada keluarganya, masih mencari cara untuk membantu ibunya menyunat adiknya dan mendapatkan burqa. Roro dan Abdul adalah anak yatim piatu. Ayahnya meninggal saat bekerja sebagai tukang becak. Ibunya yang hanya menjual gorengan mampu menyunatnya dengan harga murah. Alhamdulillah beliau sunat karena di daerahnya hanya orang yang mampu saja yang bisa naik burqa saat hajatan khitanan. Tapi dia tidak berkecil hati, dia akan mencoba tersenyum kecil pada ibu dan adiknya.

Baca Juga  Imaji Taktil

“Ro..masuklah bel sudah berbunyi” kata Geeta yang datang untuk mengalihkan perhatian Roro. “Ah, iya, ayo, bajingan, aku akan menyusul,” jawab Roro sambil tersenyum kecut.

Tak sadar Roro sudah ada di sana, Bu Myrna yang memperhatikan keadaan Roro yang muram di pagi hari saat memarkir sepedanya. Bu Myrna heran mengapa Roro seperti ini karena biasanya Roro adalah anak yang sangat ceria dan semangat di sekolah. Namun pagi ini ada yang tidak beres, Roro sering melamun dan suka duduk sendirian.

Badut Rindu Untuk Beraksi Di Jalanan

Abdul masih marah dan suhu tubuhnya masih tinggi. Makanan di piringnya belum tersentuh sejak pagi. Hingga tiga kali ibunya menggantinya, Abdul tidak mau makan. Air mata masih menetes dari mata ibu. Sedih melihat anak-anak Anda seperti ini, tetapi juga bingung dan tidak berdaya karena kerumahtanggaan mereka. Kain kompres dibiarkan dan diselimuti air dingin, dengan harapan dapat meredakan demam Abdul yang masih belum stabil.

“Hai nak.. nanti kita cari uang buat burrok,” kata ibunya lembut di telinga Abdul. Mulut Abdul masih bernyanyi tidak jelas. Dia mengigau sejak pagi “burok buu… burok bu…”

Dengan kesedihan ibunya saat melihat Abdul, ia masih berjuang membuat adonan gorengan untuk dijual, tepung putih, sayur yang sudah ia siapkan sejak subuh, mau dijual atau tidak.

Matahari semakin cepat, waktu terus berjalan, hari sudah siang. Suara mobil mulai terdengar lebih keras dari biasanya, bel rumah berbunyi. Anak-anak berlarian keluar kelas. Roro masih murung. Satu per satu dia mendekati tempat dia memarkir sepedanya. Dia tertunduk dalam kesedihan. “Roro, datanglah ke rumahku sore ini, mari kita kerjakan PR bersama-sama,” pinta Geetha. “Tidak apa-apa, aku akan menanganinya sendiri. Terima kasih atas tawarannya, ”jawab Roro dengan lesu. Oh iya…semoga Abdul lekas sembuh. “iya geetha terima kasih… aku pergi dulu” pamit roro pada geetha.

Dsh Batu Burok Beach Resort, Kuala Terengganu

“Bu…yuk pulang,” ajak Geetha pada Bu Myrna. Seorang guru yang dilatih oleh Geeta dan Roro. Bu Mirna memang ibu Geeta, mereka berasal dari keluarga yang cukup kaya. “Iya bentar sayang.. Bu Arnie harus ketemuan dulu ya, maen dulu ya? Oh iya sebelumnya ibu mau nanya. “Paginya kamu agak murung,” tanya ibu Geeta. “Oh ya ibu, adik Abdul sakit, maafkan ibu, ibunya tidak berjualan hari ini karena adiknya sakit. Abdul sangat ingin disunat untuk pergi ke burok. Ketika Abdul datang ke rumahnya, dia menceritakannya padaku,” jelas Geeta. “Oh, begitu, tidak heran ibu terlihat sedih di pagi hari. Mengapa kita tidak mengajak Abdul untuk disunat bersama dengan saudaramu Raihan?” Ibu mengajak Geeta. “Eh, kamu mau bayar Kak Roro bawa burek?” tanya Geetha serius. “Kenapa tidak, Roro adalah sahabatmu karena dia anak yang pintar, dia suka membantu guru di sekolah, dia menyayangi keluarganya, kita akan membalas kebaikannya dengan ini,” jawab Ibu dengan bijak. “Oke maa Geetha sangat setuju. Terima kasih ibu karena bersikap baik pada Roro. “iya nak baik ibu tinggal dulu ya nona Arnie disini kamu main di taman sekolah dulu ya” kata ibu sambil memasukkan peralatan ke dalam tasnya.

Baca Juga  Latihan Berguling Ke Depan Termasuk Dalam Gerakan Dasar

Pintu terbuka diiringi sapaan Roro kepada ibunya. “Bagaimana kabar Abdul, Bu?” tanya Roro. “Mama masih demam tinggi dan tidurnya kurang nyenyak,” jawab sang ibu dengan wajah yang sudah lelah. “Oke bu, istirahat dulu, biar aku yang bikin adonan, nanti aku jual,” kata Roro bersemangat. Dia akan membantu adik laki-lakinya untuk disunat dan pergi ke burok, setidaknya dia memiliki tabungan dan tenaga untuk membantu ibunya. – Jangan lakukan itu, kamu pasti lelah. Kamu akan makan di sana dulu – jawab ibu sambil tersenyum. “Iya bu, nanti Roro makan gorengan, mami istirahat saja. Trust me,” jawab Roro semangat. “Sementara Abdul masih terbaring lemah dan tak berdaya, ingatannya masih buruk. Roro bakes melihat Abdul dan ibunya yang kini sedang istirahat. Ia teringat bagaimana tahun lalu ketika ayahnya masih hidup, Abdul memang dijanjikan akan melakukan khitanan naik angkot.” burok seperti teman-teman Abdul yang lain. Burok dipikul di pundaknya oleh empat orang, diiringi musik khas Cirebon, dan kadang-kadang yang memakai burok menari mengikuti alunan musik. Abdul sangat senang mendengar janji ayahnya. Itu sebabnya dia sangat senang. sangat ingin membuat Abdul bahagia.

Hari sudah sore, cuaca sudah teduh, mendung, tapi tidak panas. Saat serabi sudah matang bersama bumbu kacang, dengan wajan lebar dan ember kecil yang dibawanya, Roro mulai menjelajahi pinggiran sawah di sekitar rumahnya. Biasanya banyak anak-anak yang bermain bola atau ibu-ibu yang keluar khusus untuk menyuapi anaknya atau sekedar mengobrol dengan ibu-ibu lain. Roro menyusuri jalan dengan pemandangan sawah yang terbentang ke kanan dan ke kiri. Dengan senyum lebar dan teriakan “friedeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee

Usai berbincang hangat dengan Bu Hilda, Roro melanjutkan perjalanannya, tetap penuh semangat, meski barang bawaannya masih banyak. Saat melewati genangan air, tiba-tiba sebuah sepeda motor lewat dengan cepat dan susah payah. Pria yang mengendarai sepeda motor baru saja pergi. Tak terasa hati Roro hancur saat melihat gorengannya sudah tak layak jual lagi, kini ia terduduk di pinggir jalan, semangat yang semula begitu berapi-api kini luluh dalam sekejap. Matanya mulai berair dan dia tidak bisa menahannya.

Baca Juga  Fungsi Iringan Tari

Tentang Buraq Dalam Peristiwa Isra Mikraj

Pada saat yang sama mobil Bu Mirna lewat dan Geeta kebetulan melihat Roro duduk. “Bu, tunggu! Ini seperti ro-ro.” Melihat lebih dekat, Geetha yakin bahwa itu memang ro-ro. Mereka juga menghalangi jalan mereka. “Masya Allah, ada apa denganmu, mengapa kentang gorengnya basah?” tanya sang ibu dengan panik ke Geeta Geeta mengambil handuk untuk menyeka baju Roro yang masih lembab Akhirnya Roro menjelaskan apa yang terjadi saat itu Geeta sangat sedih dengan kondisi sahabatnya begitu juga dengan ibu Geeta Nai -akhirnya Mama Geeta menemukan cara menghibur Roro. “Roro, Bu Myrna, belikan barang-barang Roro sebagai devisa. Maukah Abdul Sunatha dan adik Geeta naik burok bersama?” Rasanya langit mendung dengan awan hitam seketika tergantikan langit cerah di taman bunga. Roro berhenti sejenak untuk mengingat semuanya lagi, khawatir apa yang didengarnya salah. “Nggak mungkin beli gorengan ini, udah basah bu, bisa dimakan dimana saja. Kenapa beli? Tugas Roro. Sang ibu terdiam, masih mencari cara agar Roro menerima tawarannya.” Oke, itu saja, lagi saya kembali, saya akan memesan gorengan Anda, saya akan membawanya ke sekolah besok, saya ingin membaginya dengan guru di sekolah, jadi saya akan membayar seperti sebelumnya, Abdul siap untuk makan khitanan dengan adik Geeta, ibu menanggung semua biayanya, meyakinkan roro Myrna. Roro benar-benar terdiam, dia menangis lagi. Kali ini dia merasa bahagia, usahanya terbayar, meski gorengannya tidak sia-sia, Tuhan mempertemukannya dengan orang-orang baik di sekitarnya. Dia menerima tawaran Bu Mirna dan berterima kasih banyak kepada Geeta dan Bu Myrna. Akhirnya, keinginan adiknya menjadi kenyataan berkat orang-orang baik yang telah Tuhan siapkan. Saat itu, dia membereskan inventaris kotornya dan segera pulang ke rumah. bagikan kabar baik ini.

Burok youtube, burok cirebon, burok putri, penampakan burok, poto burok, kesenian burok, mainan burok, foto burok, burok pkc, burok bnk, burok, burok bbm